Jakarta, (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kemungkinan Indonesia akan keluar dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) setelah tahun 2008, karena Indonesia sudah membayar iuran keanggotaan untuk tahun 2008. "Tahun ini kita sudah bayar iuran keanggotaan," katanya di sela Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) 2008 di Jakarta, Selasa. Keputusan keluar dari OPEC merupakan keputusan Rapat Kabinet Terbatas di Kantor Kepresidenan pada Senin (5/5) 2008, di samping keputusan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Menurut Purnomo, pemerintah masih harus mengkaji konsekuensi yang diterima Indonesia apabila keluar dari OPEC. "Ini kan baru pembicaraan kemarin saja waktu sidang kabinet. Jadi kita perlu cermati konsekuensinya," tuturnya. Pertimbangan keputusan untuk keluar dari OPEC, jelasnya, karena Indonesia saat ini tidak lagi murni menjadi negara pengekspor minyak, tetapi juga negara pengimpor minyak dalam jumlah yang cukup besar. Sebelumnya di tempat yang sama, dalam arahannya di depan para kepala daerah, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengatakan, Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor minyak, tetapi juga sudah menjadi negara pengimpor minyak. "Karena ini, dalam Rapat Terbatas kemarin, kita pikirkan untuk sementara mengundurkan diri dari OPEC sambil kita meningkatkan produksi," jelas Presiden. Menurut dia, Indonesia akan mempertimbangkan apakah masih pantas berada di dalam OPEC, sementara produksi minyak Indonesia sudah kurang dari satu juta barel per hari karena sumur-sumur produksi yang sudah tua. Indonesia, lanjut Presiden, membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun lagi untuk meningkatkan produksi minyak. Dalam arahannya di depan para kepala daerah, Presiden juga kembali mengimbau agar program penghematan energi BBM dilaksanakan secara efektif di semua departemen dan provinsi. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008