Jakarta (ANTARA News) - Dirut PT Danareksa Investment Management, Priyo Santoso, mengatakan, laju inflasi dalam negeri yang belakangan ini cenderung meningkat, diperkirakan akan mulai menurun pada akhir kuartal ketiga akibat membaiknya berbagai indikator ekonomi AS. "Dengan membaiknya ekonomi AS, maka laju inflasi yang terjadi di berbagai negara, baik di Asia, Eropa maupun di Amerika akan bergerak turun, karena ekonomi global menuju ke arah positif," katanya di Jakarta, Selasa. Menurut dia, kawasan Asia, khususnya Indonesia, sangat mengkhawatirkan pertumbuhan ekonomi AS karena Amerika Serikat merupakan pasar potensial bagi produk ekspornya. Namun sejumlah indikator ekonomi AS yang menunjukkan tanda-tanda membaik, memberikan keyakinan bahwa ekonomi AS tetap tumbuh, setelah terjadi krisis gagal bayar sektor perumahan di AS, katanya. Indikator ekonomi AS yang membaik, lanjut dia, antara lain sektor pelayanan AS yang meningkat selama April mencapai 52 dibanding bulan lalu hanya 49,6. Selain itu, sejumlah perusahaan AS yang bergerak di bidang perminyakan dan tambang juga tumbuh dengan baik, ucapnya. Meski demikian, menurut dia, sejumlah pelaku bisnis masih menunggu kelanjutan dari data ekonomi AS, apakah benar krisis yang terjadi di AS telah usai. Namun Indonesia masih harus membenahi masalahnya dengan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Juni nanti, katanya. Priyo Santoso mengatakan, gejolak kenaikan harga minyak mentah dunia yang saat ini di atas 120 dolar AS mengakibatkan defisit anggaran makin membengkak. Pemerintah saat ini mengajak masyarakat untuk bisa mengerti dan memahami kesulitan pemerintah dalam upaya menekan defisit anggaran tersebut, dengan menaikkan harga BBM sehingga defisit anggaran dapat dikurangi, ucapnya. Ditanya mengenai BI Rate, menurut dia Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan masih mempertahankan suku bunga acuan BI Rate itu, apalagi laju inflasi April cenderung turun hanya sekitar 0,59 persen dari sebelumnya 0,95 persen. BI akan hati-hati untuk menaikkan BI Rate, apabila dinaikkan, maka perbankan kemungkinan juga akan menaikkan bunga kreditnya yang selama ini diharapkan bergerak turun lagi, katanya. Sementara itu Direktur Keuangan BRI, Abdul Salam mengatakan, BRI belum merevisi apakah BI Rate akan dinaikkan pada Mei melihat laju inflasi year on year naik tajam hampir mencapai 9 persen. BRI memperkirakan inflasi akan terus meningkat setelah pemerintah menaikkan harga BBM yang dampaknya diperkirakan akan semakin memberatkan ekonomi nasional, ucapnya. BI untuk sementara diperkirakan masih mempertahankan bunga acuannya pada Mei nanti, namun pada bulan berikutnya akan dinaikkan apabila inflasi bulan berikutnya juga tinggi. BI telah empat kali mempertahankan suku bunga acuan pada angka delapan persen, namun peluang kenaikan BI Rate pada bulan-bulan berikutnya cukup besar, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008