Badan nuklir negara Rusia, Rosatom, mengatakan pada hari Sabtu (10/8) bahwa lima orang yang tewas dalam ledakan itu adalah pegawainya, dan kecelakaan itu melibatkan "sumber daya isotop". Rosatom tidak memberikan perincian lebih lanjut.
Badan Norwegia untuk keselamatan radiasi dan nuklir, DSA, mengatakan telah mendeteksi yodium radioaktif di stasiun penyaringan udara di Svanhovd, yang berada di perbatasan Rusia. Kedua negara itu dipisahkan dengan sungai.
Sampel dikumpulkan pada periode 9-12 Agustus sedangkan kecelakaan di wilayah Arkhangelsk di Rusia utara terjadi pada 8 Agustus, katanya.
"Saat ini tidak memungkinkan untuk menentukan apakah deteksi yodium terakhir itu terkait dengan kecelakaan di Arkhangelsk pekan lalu. DSA terus melakukan pengambilan sampel dan analisis yang lebih sering," kata DSA.
Pengukuran radiasi semacam itu adalah kegiatan yang biasa di Norwegia. Stasiun pemantauannya mendeteksi yodium radioaktif sekitar enam hingga delapan kali setahun dan sumbernya biasanya tidak diketahui.
Dinas cuaca negara Rusia mengatakan pada Selasa (13/8) bahwa tingkat radiasi di kota Severodvinsk telah melonjak hingga 16 kali pada Kamis (8/8) lalu, sementara petugas medis yang merawat para korban kecelakaan telah dibawa ke Moskow untuk pemeriksaan medis, kantor berita TASS melaporkan.
Sumber: Reuters
Baca juga: AS diam-diam kapalkan plutonium era Perang Dingin ke Nevada
Baca juga: IRSN salahkan Rusia atas awan radioaktif di Eropa
Baca juga: BATAN luncurkan aplikasi layanan pengelolaan limbah radioaktif
Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019