Jakarta (ANTARA) - Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Triana Wulandari mengatakan lukisan juga merupakan sumber sejarah, selain sumber-sumber primer lainnya.
Karya-karya seni itu juga ditampilkan pada pameran "Art and Diplomacy" yang merupakan pameran bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Galeri Foto Jurnalistik Antara dan Perpustakaan Nasional, untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia.
Di dalam pameran tersebut ada beberapa lukisan dari era 1945-1950 ditampilkan, seperti lukisan karya Henk Ngantung, Basoeki Abdullah, M. Toha, Sudjojono dan Affandi.
"Lukisan-lukisan tersebut telah menjadi saksi bisu dalam perjalan negeri ini. Para seniman merespons keadaan yang terjadi saat itu dengan menggambarnya," kata Triana di Jakarta, Kamis.
Dia mencontohkan salah satunya dalah lukisan M. Toha yang saat itu baru berusia 11 tahun, tentang peristiwa ditangkapnya Sukarno beserta pemimpin lain di Gedung Agung, Yogyakarta, pada 1948. Kala itu ibu kota Indonesia sedang dipindahkan ke Yogyakarta.
"Dari lukisan tersebut kita bisa menguak tentang sejarah bagaimana adanya para pemimpin tersebut dibawa oleh Belanda," kata dia.
Dia mengatakan seni rupa dihadirkan untuk menggambarkan kondisi saat itu, melalui lukisan kita bisa menambah historiografi.
Selain itu, pameran ini diharapkan dapat meperlihatkan kepada publik bahwa kemerdekaan bangsa tidak hanya diraih dari pihak-pihak yang mengangkat senjata, tetapi juga pihak-pihak lain, seperti para seniman.
Dia beraharap dengan adanya pameran tersebut dapat meenambah gairah sejarawan dalam mengungkap perjalanan bangsa melalui lukisan.
Baca juga: Pameran "Art & Diplomacy" gambarkan perjuangan diplomasi Indonesia
Baca juga: Kemendikbud, GFJA dan Perpusnas gelar pameran Art and Diplomacy
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019