Jakarta (ANTARA News) - Kematian Chris Bernard, seorang praja IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) asal Kalimantan Tengah, Minggu (5/5) kemarin, bukan disebabkan oleh tindak kekerasan sebagaimana yang pernah terjadi di lembaga pendidikan itu beberapa waktu silam."Insyaallah tidak (bukan karena kekerasan). Itu saya katakan hari ini setelah dihubungi pihak keluarga," kata Menteri Dalam Negeri Mardiyanto di Gedung Depdagri di Jakarta, Senin.Walaupun sudah menerima keterangan dari pihak keluarga Chris, Mendagri belum berani memastikan penyebab kematian praja itu. Dari informasi yang berkembang, Chris Bernard diduga meninggal akibat overdosis (konsumsi berlebih) obat-obatan. "Saya tidak tahu betul, karena saya belum ada hasil dari visum itu," katanya. Mendagri meminta kepada Plt Rektor IPDN untuk tidak bertindak di luar proporsinya sebagai rektor. "Nanti kalau melangkah lebih jauh di luar proporsi, kita bisa salah intepretasi," katanya. Mantan Gubernur Jawa Tengah ini menambahkan, dirinya telah meminta kepada pihak IPDN untuk merawat jenazah Chris Bernard serta mengirimkan ke tempat asal di Kalimantan Tengah. "Saya juga ikut prihatin dan berbelasungkawa terhadap keluarga," katanya. Chris Bernard meninggal dunia Minggu (4/5) pukul 19.30 di RS Advent Kota Bandung. Praja tingkat IV IPDN dari kontingen Kalteng itu, diduga meninggal akibat tingginya kadar alkhohol di darahnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008