Menurut saya, Pak Rektor (UGM), nanti Pancasila itu dikasih indeks saja. Jadi kalau angka 1-100 bangsa ini tingkat Pancasila-nya berapa, supaya ada program ke depan, kurangnya apa
Yogyakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan akademisi dari Universitas Gajah Mada lebih baik menciptakan indeks nilai untuk mengukur tingkat kemampuan bangsa Indonesia dalam mengimlementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ada evaluasi dalam penerapannya.
"Menurut saya, Pak Rektor (UGM), nanti Pancasila itu dikasih indeks saja. Jadi kalau angka 1-100 bangsa ini tingkat Pancasila-nya berapa, supaya ada program ke depan, kurangnya apa," kata Wapres JK saat memberikan pidato kunci pada Kongres Pancasila XI di Balairung Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis.
Dengan menggunakan indeks tersebut, lanjut JK, maka penerapan ideologi Pancasila akan memiliki tolok ukur yang terstruktur. Selain itu, Pemerintah juga dapat melakukan evaluasi dan perbaikan apabila ditemukan indeks Pancasila di Indonesia masih rendah.
Usulan tersebut muncul dari penilaian Wapres yang merasa selama ini jurnal, seminar dan diskusi mengenai Pancasila tidak membawa konsep yang jelas dalam kehidupan bernegara.
"Makin dibahas Pancasila, makin diurai, makin didengungkan; makin bingung kita ini. Minta maaf ini. Padahal silanya sudah jelas, jadi pakai pasal itu saja. Sama dengan kiai kan; begitu dia keluarkan ayat, habis kita, karena sudah ada dasarnya," tutur JK.
Pertemuan tahunan seperti Kongres Pancasila, yang diselenggarakan UGM, juga diharapkan dapat membawa perubahan metode dalam menyampaikan terkait ideologi negara tersebut.
Selama ini, Kongres Pancasila hanya membuka diskusi dan mempublikasikan jurnal mengenai Pancasila; namun tidak disertai dengan upaya penerapannya kepada masyarakat. Hal itu terbukti dengan masih adanya konflik horizontal yang terjadi di tengah masyarakat.
"Saya bingung juga apa yang dikonferensikan selama 11 kali ini, apa yang dianalisa. Padaha,l cuma lima sila saja kan," ujarnya.
Oleh karena itu, Wapres berharap dapat terjadi inovasi dari kalangan akademisi untuk membawa persatuan dan kesatuan, serta meminimalkan konflik di antara warga negara Indonesia.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019