Jakarta (ANTARA News) - Indonesia melihat peranan strategis negara Islam yang populasinya 1/5 jumlah penduduk dunia, namun peranan mereka perlu dimaksimalkan terutama untuk merealisasikan beberapa agenda atau alasan perkembangan global yang semakin mendorong keterkaitan ekonomi dan politik yang saling ketergantungan. Demikian diungkapkan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman pada hari terakhir sesi penutupan World Islamic Economic Forum (WIEF) atau Forum Ekonomi Islam se-Dunia keempat di Kuwait City, seperti disampaikan dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, akhir pekan lalu. Irman menegaskan, peran maksimal perlu ditingkatkan terutama karena banyak negara kaya minyak adalah negara Islam tetapi banyak pula negara Islam yang miskin. Ia mengutip pernyataan mantan PM Inggris Tony Blair yang memberikan indikasi bahwa sesungguhnya ekonomi negara-negara Islam berdinamika tinggi. Meskipun 1/5 penduduk dunia adalah populasi negara-negara Islam, namun hanya empat persen Produk Domestik Bruto (GDP) dunia yang dikontribusikannya. Kesulitan bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan harga pangan juga mempengaruhi berbagai negara seperti diungkapkan Presiden Senegal, Abdoulaye Wade. Kebijakan Pemerintah Indonesia mengatasi kemiskinan melalui skema "pro-poor, pro-growth, pro job" dilakukan secara praktis melalui investasi untuk kemajuan daerah dan perluasan kesempatan kerja, di samping pendidikan untuk peningkatan sumberdaya manusia. Irman juga mengemukakan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sedang menggodok kebijakan dan aturan tentang obligasi syariah (sukuk) serta kredit usaha rakyat (KUR) melalui bank-bank yang sejak dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bulan November 2007 telah mencakup 310.000 rumah tangga dengan omzet Rp 2,4 triliun. Sementara itu, mengenai upaya mengatasi masalah pangan, Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah menyediakan 100 juta dolar AS bagi penduduk miskin negara-negara Islam untuk jangka pendek. Bank pertanian Untuk jangka panjang yang diusulkan Indonesia adalah mengadakan program "agricultural bank". Indonesia memiliki 1,7 juta hektare lahan yang dapat diproduktifkan dengan kekuatan modal negara-negara Islam melalui agenda WIEF, katanya. Delegasi Indonesia secara intensif melakukan pertemuan untuk kepentingan bilateral antarnegara ataupun temu bisnis dengan mitra atau business-to-business (B2B). Irman memimpin delegasi beranggotakan antara lain Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sofjan Djalil, anggota Dewan International Advisory Panel WIEF Tanri Abeng, dan Utusan Khusus Kerjasama dengan Negara-negara Timur Tengah Alwi Shihab bersama para pejabat lainnya, seperti Siti Nurbaya (Sekretaris Jenderal DPD) dan pimpinan utama BUMN dan swasta, seperti Wakil Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Iin Arifin Takhyan. Kemudian, Dirut PT Garuda Indonesia Emirsyah Satar, Dirut PT Timah Tbk Wahid Usman, Dirut PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III Amri Siregar serta Dirut Bank BNI Gatot Mudiantoro Suwondo. Selain bertemu Emir dan PM Kuwait, delegasi Indonesia juga bertemu dengan Menteri Keuangan Kuwait, Menteri Perminyakan Kuwait, Menteri Kelistrikan dan Air Kuwait untuk membahas rencana tindak lanju pertemuan WIEF. Menurut Iin Arifin, pertemuan akan dikonkretkan bulan September mendatang. Sedangkan pertemuan dengan Raja Jordania Raja Abdullah II dan Presiden Bosnia-Herzegovina Haris Silajdzic membahas mengenai rencana kunjungan ke Indonesia tahun depan. delegasi juga membahas paket proyek jalan tol dan real estate yang ditawarkan Pemerintah Saudi Arabia kepada PT Adhi Karya Tbk dan PT Wijaya Karya Tbk, kerja sama BNP Paribas Bank Bahrain dengan kalangan bisnis Indonesia terutama PT Garuda Indonesia. BNP Paribas Bank Bahrain juga melakukan pembicaraan dengan Bank Indonesia mengenai kemungkinan membuka bank syariah di Indonesia. Pertemuan individual juga berlangsung antarpelaku bisnis di sela-sela WIEF. Mengakhiri kegiatan di Kuwait City, Irman bersama Tanri dan Alwi disertai Dubes Indonesia untuk Kuwait dan Kerajaan Bahrain Faisal Ismail melakukan jumpa pers di kantor KBRI dengan materi, rangkuman agenda delegasi Indonesia serta tindak lanjut setelah melaporkan hasil perjalanan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Irman mengharapkan langkah proaktif dunia usaha pasca-WIEF keempat di Kuwait City, karena yang dilakukan akan mendongkrak ekonomi riil sekaligus menolong kesulitan rakyat Indonesia. Setelah itu, Irman didampingi Tanri dan Siti Nurbaya berdialog dengan 150 orang tenaga kerja wanita (TKW) yang bermasalah. (*)
Copyright © ANTARA 2008