Serang, (ANTARA News) - Letusan dan kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda selama dua hari terakhir mencapai 1.000 kali, bahkan sepanjang Minggu sempat terjadi gempa tektonik dua kali selama 40 detik.
"Sampai saat ini frekuensi letusan dan kegempaan vulkanik meningkat disebabkan pembesaran lubang kawah baru di kawasan bukit selatan," kata Kepala Pos Pemantauan Anton Tripambudi di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang,Minggu malam.
Menurut Anton , letusan dan kegempaan Anak Krakatau diperkirakan terus meningkat sehubungan berlanjutnya pembesaran lubang kawah baru dan petugas belum dapat memastikan kapan akan berhenti total.
Anton mengatakan hingga Minggu malam letusan dan kegempaan masih berlanjut dengan kemunculan interval antara tiga sampai enam menit.
Namun, dia memperkirakan letusan dan kegempaan itu kecil kemungkinan terjadi tsunami karena aktivitas tersebut masih dalam batas normal.
Pihaknya berkali-kali melakukan kegiatan sosialisasi kepada pemerintah daerah dan warga pesisir pantai Anyer dan Carita untuk menjelaskan bahwa letusan dan kegempaan Anak Krakatau tidak menimbukan tsunami, seperti yang dialami "ibunya" tahun 1883 yang menewaskan 36 ribu orang lebh warga Banten dan Lampung.
Anak Krakatau terkadang mengeluarkan semburan bola api disertai ledakan keras juga kepulan asap.
Data sementara di Pos Pemantauan Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, pukul 00.00 sampai 18.00 WIB, menunjukkan kegempaan 932 kali, yakni vulkanik A (Dalam) sebanyak 38 kali, vulkanik B (Dangkal) 67 kali, letusan 159 kali, tremor 20 kali dan hembusan sebanyak 648 kali.
"Kemungkinan letusan dan kegempaan itu mencapai lebih 1.000 kali karena pukul 18.00 sampai 00.00 petugas belum mencatat alat perekam kegempaan,"ujar Anton Tripambudi.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008