Manila (ANTARA News) - Inggris akan mengirimkan para pakarnya di bidang perundingan-perundingan perdamaian ke Filipina untuk membantu negara itu memulai kembali perundingan perdamaian antara Manila dan para gerilyawan separatis Muslim di wilayah selatan yang terhenti, kata para diplomat di sini Sabtu.Para pakar yang terlibat dalam perundingan-perundingan perdamaian di Irlandia Utara akan diajukan berkaitan dengan kontak antara pemerintah Filipina dan kelompok separatis Front Pembebasan Islam Moro (MILF), kata duta besar Inggris Peter Beckingham.Beckingham mengatakan, para pakar tidak akan terlibat di dalam perundingan-perundingan itu secara langsung, namun justru `berunding dengan pemerintah dan MILF serta berusaha dan mendapatkan cara-cara dalam mana proses perdamaian bisa dilaksanakan dengan cara yang baik." "MILF dan pemerintah Filipina mengatakan mereka menyambut baik seseorang yang pernah membahas mengenai apa yang terjadi di Irlandia Utara, dan karena masalah yang ada di sana mempunyai kesamaan dengan di Filipina," katanya menambahkan. Menurut rencana, tiga atau empat pakar itu akan diberangkatkan ke negara ini dalam beberapa pekan mendatang, ujarnya. Beckingham dan Presiden Filipina Gloria Srroyo serta mantan perdana menteri Inggris Tony Blair sebelumnya telah menyetujui rencana itu ketika mereka bertemu pada Desember lalu. Beckingham mengatakan, dia telah bertemu dengan para pemimpin MILF beberapa pekan lalu dan mereka juga cenderung untuk menerima gagasan itu. MILF yang berkekuatan 12.000 orang telah berjuang untuk membentuk satu negara Islam terpisah dengan Filipina di sepertiga wilayah selatan, dari kepulauan Filipina yang sebagian besar penduduknya menganut Kristen sejak tahun 1978. Filipina dan MILF telah menandatangani suatu gencatan senjata pada 2003 untuk membuka perundingan-perundingan perdamaian, tetapi perundingan-perundingan itu terhenti setelah tersandung masalah `wilayah leluhur` di mana MILF mendesak pemerintah. Di dalam perundingan terakhir, yang berlangsung bulan lalu, Malaysia yang bertindak sebagai penyelenggara perundingan itu mengumumkan, bahwa pihaknya mencabut suatu tim yang telah memantau gencatan senjata di wilayah selatan tersebut. Hanya beberapa hari lalu, orang-orang Muslim bersenjata, termasuk para pejuang MILF, mendesak ratusan warga Kristen untuk menyerahkan lahan-lahan mereka di wilayah selatan, seraya mengatakan bahwa wilayah itu adalah bagian dari tanah leluhur mereka, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008