Katmandu (ANTARA News) - Lebih dari 100 orang Tibet terasing, sebagian besar biksu dan biarawati muda, pada Jumat ditahan akibat unjuk rasa membela Tibet di depan gedung kedutaan besar Cina di Katmandu, ibukota Nepal, kata polisi. "Lebih dari 100 orang Tibet dibawa ke berbagai kantor polisi dan akan dibebaskan menjelang malam," kata perwira polisi Katmandu Hom Jung Chauhan kepada Prancis AFP. Pengunjukrasa meneriakkan semboyan, seperti "Cina pembohong", "Kami ingin Tibet bebas", "Kami ingin keadilan", kata saksi di tempat kejadian. Katmandu menyaksikan unjukrasa hampir tiap hari sejak kerusuhan meledak pada Maret di Lhasa, ibukota Tibet, yang memicu penumpasan oleh pasukan keamanan Cina. Duta besar Amerika Serikat untuk Nepal pada Kamis menyuarakan keprihatinan mengenai perlakuan atas orang Tibet dipengasingan oleh polisi Katmandu, yang memukul dengan tongkat, tinju dan menendang penentang. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Girija Prasad Koirala, Dutabesar (Nancy) Powell mengungkapkan keprihatinan resmi Amerika Serikat mengenai perlakuan atas orang Tibet oleh yang berwenang Nepal, kata pernyataan kedutaanbesar itu. Ia mendesak perdana menteri menjamin hak berunjukrasa secara damai dan hak asasi manusia orang Tibet di Nepal dihormati. Nepal secara resmi menerapkan kebijakan "Satu Cina" Beijing, yang menyatakan Tibet dan Taiwan bagian tak terpisahkan dari Cina. Nepal ditinggali lebih dari 20.000 pengungsi Tibet dan sekitar 2.500 tiba tiap tahun di Katmandu sebelum menuju Dharamshala di India utara, rumah Dalai Lama dan pemerintah Tibet di pengasingan. Sedikit-dikitnya 70 warga Tibet di pengungsian ditahan di Katmandu pada Rabu setelah pihak berwenang melarang mereka berunjukrasa di depan gedung Kedutaanbesar Cina, kata polisi. Pengunjuk rasa, termasuk sejumlah biarawati, berkumpul tidak jauh dari gedung kedutaan itu sambil membawa bunga mawar putih dan kuning. Polisi turut campur segera setelah pengungsi itu mencoba menembus bagian visa dan perdagangan, yang dijaga ketat, kata saksi di tempat kejadian. Namun, sejumlah pengunjukrasa berhasil mencapai pagar gedung itu dan meletakkan karangan bunga di depan pagar dengan pesan, "China! Segeralah sembuh ... dari mencederai hak asasi manusia, dari penyakit membatasi kebebasan media". Pengunjukrasa Tibet menyerbu gugus Perserikatan Bangsa-Bangsa di Katmandu pada pekan lalu guna menyampaikan permintaan kepada badan dunia itu serta mendesaknya mengadakan tekanan terhadap Cina agar mengahiri tindakan kerasnya di Tibet, kata pejabat. Itu kali kedua dalam satu bulan pengunjukrasa Tibet berhasil mendapat jalan masuk ke gugus dijaga ketat tersebut, kata pejabat. Pengunjukrasa meninggalkan tempat dijaga ketat itu setelah menyampaikan permintan mereka, kata pejabat. Pada ahir bulan lalu, 18 siswa remaja dalam pakaian seragam sekolah dengan meneriakkan "Tibet Merdeka" menyerbu gugus Perserikatan Bangsa-Bangsa itu dan kemudian dikawal keluar oleh pejabat badan dunia tersebut. Pengunjukrasa masuk gugus itu setelah polisi menyatakan sedikit-dikitnya 50 penentang asal Tibet, termasuk sejumlah biksu dan biksuni, ditahan sebelumnya pada hari tersebut ketika polisi membubarkan unjukrasa di dekat kedutaanbesar Cina di tempat lain di Katmandu tengah. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008