Chairman of Local Organizing Commuter SCESAP International Simposium Prof Yusli Wardiatno, Rabu, mengatakan, pembahasan ekosistem pesisir ini merupakan kegiatan rutin dua tahunan yang pelaksanaannya kini menginjak kali ketiga, dengan Indonesia bertindak sebagai tuan rumah.
"Sumber daya pesisir dan laut sangat penting, bagaimana pun kita bisa belajar dari negara-negara lain, ada 10 negara termasuk Indonesia," ujarnya.
Dosen Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University itu mengatakan bahwa masih banyak hal yang tersembunyi mengenai sumberdaya pesisir dan laut. Maka, eksplorasi bioteknologi menurutnya mampu mengungkap potensi-potensi yang memberikan nilai tambah bagi sumberdaya pesisir dan laut.
"Sebenarnya dengan adanya simposium ini kita bisa saling sharing, saling melihat, bisa saling bekerjasama ke depannya. Kali ini temanya Achieving Sustainable Development Goal (SDG) 14," kata Prof Yusli.
Ia menyebutkan, beberapa yang dibahas dalam simposium antara lain tata kelola dan pengelolaan perikanan berkelanjutan, inovasi dan bioteknologi untuk mendukung target SDG 14, perubahan iklim dan resiliensi pesisir, serta keanekaragaman hayati dalam konteks sosial dan budaya.
Kegiatan yang diikuti oleh 180 partisipan itu meliputi dari negara Indonesia, Jepang, Myanmar, Filipina, Taiwan, Thailand, Singapura, India, Rusia, dan Jerman.
Kegiatan yang digelar selama lima hari ini akan ditutup dengan observasi lapang ke Taman Wisata Alam Mangrove Angke Kapuk di Jakarta Utara pada 16 Agustus 2019.
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019