Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik melaporkan indeks nilai tukar petani (NTP) pada Februari 2008 turun menjadi 108,38 dibandingkan Januari yang sebesar 108,67 membuat daya beli petani pada Februari lebih rendah dibandingkan Januari.Indeks NTP merupakan indikator untuk melihat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi.Kepala BPS Rusman Heriawan mengatakan, meski harga yang diterima petani meningkat, namun harga-harga yang dibayarkan petani lebih tinggi, sehingga membuat NTP (daya beli) turun."Hal ini disebabkan karena kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,45 persen, lebih kecil dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,73 persen," katanya dalam konferensi pers di Jakarta. Ia menjelaskan, dari 23 propinsi yang dilaporkan pada Februari, 13 propinsi mengalami kenaikan NTP sedangkan 10 provinsi turun. "Terutama terjadi di luar Jawa yaitu Sumatra dan Kalimantan karena perkebunan sawit dan karet," katanya. Menurut dia, kenaikan NTP tertinggi di terjadi di Kalimantan Barat yaitu 3,17 persen karena harga kelapa naik 13,56 persen. Sedangkan penurunan NTP terjadi di Jawa karena lahan pertanian padi. "Petani Jawa (turun) karena dominannya adalah petani lahan pertanian padi dan holtikultura mengalami penurunan," katanya. Ia mengatakan, penurunan terbesar terjadi di Jawa Barat yaitu 2,07 persen karena harga gabah turun 1,43 persen. Menurut dia, pada Februari 2008, terjadi inflasi di daerah pedesaan Indonesia sebesar 0,63 persen. Hal ini karena kenaikan indeks harga sub kelompok makanan sebesar 0,67 persen, perumahan 0,76 persen, pakaian sebesar 0,65 persen dan aneka barang dan jasa sebesar 0,25 persen. Sementara itu, menurut BPS, peningkatan 0,73 persen indeks harga yang dibayar oleh petani (IB) terutama karena kenaikan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi. BPS mencatat indeks konsumsi rumah tangga meningkat 0,63 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan modal pertanian naik 0,91 persen. Peningakatan indeks biaya produksi dan penambahan modal pertanian didorong oleh sub kelompok bibit, pupuk dan sewa sebesar 0,82 persen, kelompok upah naik 1,01 persen, dan kelompok lainnya naik 0,72 persen. Sedangkan penambahan barang modal naik 0,41 persen. Sedangkan indeks harga yang diterima petani (IT), menurut BPS pada Januari mengalami kenaikan 0,45 persen dibandingkan Januari menjadi 697,68. Kenaikan terutama didukung oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat. Sementara untuk tanaman bahan makanan justru mengalami penurunan sebesar 0,50 persen. Penurunan di kelompok tanaman pangan tersebut diantaranya kelompok padi turun 1,12 persen, kelompok sayur-sayuran turun 0,12 persen dan kelompok palawija turun 0,20 persen.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008