Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia KH Masduki Baidlowi mengatakan manusia tetap menjadi objek dakwah di era digital ketika kecerdasan buatan sudah menjadi suatu hal yang umum.
"MUI adalah organisasi dakwah. Objek dakwah adalah manusia, manusia-manusia muda, para remaja, dan kalangan milenial," kata Masduki saat peluncuran buku iShalat di Kantor Pusat MUI, Jakarta, Selasa.
Masduki mengatakan dunia sudah berubah karena ada revolusi industri keempat dengan teknologi kecerdasan buatan yang semakin berkembang.
Salah satu dampak dari revolusi industri keempat adalah penemuan teknologi-teknologi baru yang mengancam lapangan pekerjaan yang selama ini dikerjakan oleh manusia.
"Di era revolusi industri keempat, kalangan milenial merajai teknologi dan informasi. Kita, generasi yang tua, harus bermigrasi dan beradaptasi," tuturnya.
Karena itu, cara dakwah pun juga harus menyesuaikan perkembangan teknologi. Panduan shalat misalnya, perlu dilakukan dengan cara-cara yang mudah diterima kalangan milenial.
"Ada 256 juta penduduk Indonesia, dan 150 juta diantaranya memiliki akses ke internet yang sebagian besar adalah generasi milenial," katanya.
Karena itu, Masduki menyambut baik buku iShalat terbitan ME Creative bekerja sama dengan Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) yang merupakan pengembangan dari aplikasi digital yang sudah ada sebelumnya.
"Kalau tidak ada muatan sehat di internet, kalangan milenial akan lebih banyak bermain dan mengakses hal-hal tidak sehat lainnya," katanya.
Buku iShalat berisi panduan shalat yang disajikan dengan memadukan aplikasi digital berdasarkan teknologi tiga dimensi dan augmented reality (AR).
Selain bisa dibaca melalui bukunya, panduan shalat juga bisa diikuti melalui aplikasi digital yang menampilkan figur anak berusia lima tahun bernama Acil.
Baca juga: MUI sambut baik buku iShalat
Baca juga: Menyelisik peluang wisata halal di era milenial
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019