New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia melemah pada Kamis, karena dolar AS menemukan kekuatan baru terhadap euro dan mata uang utama lainnya, di tengah ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve AS telah menghentikan langkah agresif penurunan suku bunganya, kata para dealer. Kontrak berjangka utama minyak New York, jenis "light sweet" untuk pengiriman Juni jatuh 94 sen menjadi ditutup pada 112,52 dolar AS per barel. Minyak mentah New York telah mencapai rekor tertinggi 119,93 dolar pada Senin lalu. Di London, minyak mentah jenis Brent North Sea untuk pengiriman Juni turun 86 sen menjadi 110,50 dolar AS. Kontrak telah mencapai posisi tertinggi selama ini 117,56 dolar AS pada Jumat lalu. Volume perdagangan kecil karena sebagian besar pasar-pasar Asia dan Eropa tutup untuk hari libur umum. Mata uang AS turun ke rekor terendah dari 1,6019 dolar terhadap euro pada 22 April, dipindahtangankan di kisaran 1,55 dolar di perdagangan pada Eropa Kamis. Penguatan mata uang AS membuat minyak mentah yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk para pembeli asing dan mengganjal permintaan. Analis Wachovia Securities, Eric Wittenauer seperti dikutip AFP mengatakan pernyataan Federal Reserve AS pada Rabu, yang mengiringi penurunan suku bunga seperempat poin, terlihat mengindikasikan sebuah penghentian sementara penurunan suku bunga. The Fed telah memangkas 3,25 persen suku bunga federal fund sejak September tahun lalu. Dengan sinyal pasar itu, "dolar terus menunjukkan tanda-tanda perbaikan," kata dia. Dan sejak itu, ada sebuah korelasi negatif kuat antara komoditi denominasi dolar dan greenback, kata dia, "stabilisasi dan membaiknya dolar akan menekan komoditi-komoditi bergerak maju." Setelah mencapai rekor tertinggi pada Senin, harga minyak mulai menurun Selasa karena pemogokkan 48 jam di kilang minyak Grangemouth, Skotlandia berakhir. Pemogokkan tersebut menghentikan pipa saluran minyak yang memasok 40 persen minyak dan gas Inggris. Harga minyak turun tajam pada Rabu, sebagai respon lebih besarnya dari perkiraan kenaikan cadangan minyak mentah AS, konsumen terbesar energi di dunia. Pemerintah AS melaporkan cadangan minyak mentahnya naik 3,8 juta barel dalam pekan yang berakhir 25 April, jauh lebih kuat daripada ekspektasi pasar naik 1,5 juta barel. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008