Yogyakarta (ANTARA) - Seorang pengamat pendidikan di Yogyakarta menilai dunia pendidikan di Indonesia baru bisa menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang hanya menunggu pekerjaan dan mengadopsi ilmu asing. "Masih jauh dari harapan dan belum mampu menghasilkan SDM yang kompetitif dalam ilmu pengetahuan, sains dan teknologi," kata Prof Dr Johar MS, Kamis. Dikatakannya, pendidikan di negeri ini masih amburadul dan belum mampu menghasilkan SDM yang memiliki kreatifitas membangun. Amburadulnya pendidikan ini terjadi di semua jenjang, mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi (PT) Menurut mantan Rektor IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta/UNY) ini, kondisi pendidikan seperti ini akan semakin berbahaya jika tidak segera dilakukan pembenahan di segala lini. Kondisi ini harus disikapi bersama antara pemerintah dan masyarakat demi nasib anak bangsa dengan mengembalikan sistem pendidikan yang terarah dan terprogram. "Bagaimana mengembalikan proses pendidikan pada jalurnya, yakni menciptakan daya kreatifitas dan pengetahuan baru, bukan sekedar menunggu dan mengadopsi karya orang lain atau bangsa lain," katanya. Ia mencontohkan, seharusnya dalam pendidikan dapat diajarkan cara menanam padi, menghasilkan beras kemudian memasaknya menjadi makanan yang sehat dan bergizi, bukan tinggal memakannya saja. "Ini penting karena dari sini akan terjadi pembudayaan pembelajaran yang bukan sekedar mengadopsi atau meniru. Kalau hanya meniru tidak perlu ada pendidikan dan tinggal baca buku atau mengaplikasikan temuan ilmu pengetahuan dari orang lain," katanya. Ia menambahkan, pendidikan saat ini seperti berjalan tanpa metodologi yang tepat sehingga budaya kreatif belum tumbuh di kalangan generasi muda. "Padahal tanpa metodologi keilmuan, dunia pendidikan tidak akan menghasilkan apa-apa," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008