Harus diakui di saat panen raya pasti produksi akan meningkat, sehingga harga ikut turun

Manado (ANTARA) - Harga "emas cokelat" julukan untuk komoditas cengkih di sentra perdagangan Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), mengalami penurunan tipis, pada pekan kedua bulan Agustus 2019, menjadi Rp76.000/kg.

"Saat ini harga cengkih di Sulut turun dari Rp77.000 menjadi Rp76.000/kg," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut Jenny Karouw di Manado, Selasa.

Jenny mengatakan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara terus berupaya menjaga harga cengkih di saat panen raya kali ini agar menguntungkan petani di daerah tersebut.

"Harus diakui di saat panen raya pasti produksi akan meningkat, sehingga harga ikut turun, karena cengkih merupakan barang bebas yang mengikuti pasar dunia," kata Jenny.

Namun, kata Jenny, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara tidak tinggal diam, dalam hal ini Gubernur Olly Dondokambey terus mencari cara agar harga cengkih di provinsi tersebut tidak anjlok saat produksi melimpah.

"Pemerintah terus mencari terobosan sehingga harga cengkih Sulut dijual dengan harga yang wajar dan menguntungkan petani," jelasnya.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, katanya, menjalin kerja sama dengan PT Djarum Kudus akan siap membeli cengkih dengan kadar air 13 persen seharga Rp85.000/kg.

Petani asal Minahasa Selatan Ray T mengatakan harga ini diharapkan masih akan meningkat lagi, karena jika hitung-hitungan pengeluaran petani masih belum mengalami keuntungan.

"Karena, biaya buruh petik saat ini sangat mahal hingga Rp5.000/kg, biaya pengeringan, dan belum lagi biaya pembersihan lokasi kebun," jelasnya. Ia berharap harga cengkih akan berada di angka Rp100.000/kg.

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019