Kuwait (ANTARA News) - Organisasi negara-negara pengekspor minyak dunia (OPEC) siap menggelar pertemuan luar biasa untuk membahas melejitnya harga minyak sebelum jadwal seharusnya pada September, jika diperlukan. "Jika dibutuhkan, kami tidak akan ragu-ragu untuk bertemu," kata Menteri Perminyakan Kuwait Mohammad al-Olaim, Rabu kepada AFP. Hal itu disampaikannya saat menjawab pertanyaan seandainya ada permintaan untuk melakukan pertemuan di luar jadwal seharusnya setelah harga minyak nyaris menyentuh level 120 dolar AS per barel pada Senin kemarin. "OPEC selalu mencari kestabilan pasar minyak," katanya di sela-sela Forum Ekonomi Islam Dunia ke-4. "Yang mendongkrak harga itu bukan faktor yang fundamental ... melainkan hal-hal lain seperti spekulasi, keterbatasan kapasitas kilang dan pelemahan dolar AS." Harga minyak dunia pada perdagangan Rabu berada pada level stagnan menjelang pertemuan FOMC. Pada perdagangan Sore, minyak jenis light sweet pada kontrak New York untuk pengiriman Juni melemah tiga sen pada 115,60 dolar AS per barel. Minyak jenis Brent North Sea untuk pengiriman Juni turun satu sen menjadi 113,42 dolar AS per barel. "OPEC bertanggung jawab menjaga kestabilan pasar minyak. Jika (harga) dipengaruhi pasokan dan permintaan, OPEC bisa melakukan sesuatu. Tetapi jika terkait dengan faktor lain, maka tidak banyak yang bisa dilakukan," jelasnya. Dalam forum itu, dia mengatakan bahwa seharusnya ada visi yang jelas atas pertumbuhan permintaan dunia sehingga negara-negara penghasil minyak, terutama OPEC bisa berinvestasi untuk menambah kapasitas. Dia mengeluhkan, tingginya proyek-proyek terkait perminyakan dan keterbatasan sumber daya manusia berkualitas. Direktur Pelaksana Kuwait Petroleum Corp. Jamal al-Nuri mengatakan Uni Emirat Arab berencana menginvestasikan 55 miliar dolar AS pada beberapa proyek di hulu dan hilir dalam lima tahun ke depan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008