Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Fraksi PPP DPR, Lukman Hakiem, mengimbau publik untuk bisa membedakan antara Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) yang menganggap Mirza sebagai mujaddid atau pembaharu. "Saya yakin banyak orang tak bisa membedakan sehingga jadi salah kaprah," kata Lukman, di Jakarta, Selasa. Menurut Lukman, organisasi keagamaan yang bermasalah adalah JAI, sedangkan GAI relatif tidak ada masalah. Lukman yang mengaku sejak 1990 mencermati aliran keagamaan itu mengatakan soal Ahmadiyah bukan soal HAM, tetapi soal aturan main. "Di setiap komunitas pasti ada aturan yang harus ditaati. Siapa yang menyimpang pasti kena tegur, jika penyimpangannya terus menerus, pasti kena 'kartu merah', dikeluarkan dari lapangan," katanya. Lukman menyarankan pengikut Ahmadiyah kalau mengaku Islam harus mengimani Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir (laa nabiyya ba`dah). Kalau mau mengakui ada nabi dan rasul sesudah Muhammad jangan mengaku Muslim, katanya. "Kaum Kristen yang tidak mengakui Paus di Vatikan juga tidak menyebut dirinya Katolik. Kalau wasit melarang orang main volley pakai kaki, apakah si wasit melanggar HAM dan konstitusi?" katanya mengumpamakan. (*)

Copyright © ANTARA 2008