Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Rabu pagi, melemah lima poin menjadi Rp9.230/9.235 per dolar AS dibandingkan penutupan hari sebelumnya Rp9.225/9.234, karena pelaku masih membeli dolar AS. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan pasar masih negatif terhadap rupiah menjelang pertemuan dua hari bank sentral AS (The Fed) untuk membahas penurunan suku bunga Fed fund. The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan Fed fund sebesar 25 basis poin menjadi 2,00 persen dari sebelumnya 2,25 persen yang merupakan penurunan paling kecil dari sebelumnya, katanya. Rupiah, menurut dia, meski terkoreksi namun penurunan tidak besar, karena tertahan oleh aktifnya investor asing yang masuk ke Indonesia, terutama dari kawasan Timur Tengah. Investor asing lainnya yang masuk ke pasar domestik juga aktif menempatkan dananya di berbagai instrumen Bank Indonesia (BI), mengingat tingkat suku bunga rupiah terhadap dolar AS masih tetap tinggi, ucapnya. Kekhawatiran terhadap gejolak harga minyak mentah dunia yang mendekati angka 120 dolar AS masih tetap kuat, sehingga rupiah cenderung tertekan, apalagi di pasar regional dolar AS terhadap yen menguat, karena aksi beli eksportir dan importir Jepang. "Kami memperkirakan pasar masih menekan pergerakan rupiah, sekalipun ada sentimen positif dengan masuknya investor Timur Tengah ke Indonesia," ucapnya. Tekanan negatif pasar, menurut dia, juga muncul dari melemahnya pasar saham regional, seperti indeks Nikkei, Jepang turun 0,4 persen atau 48,43 poin menjadi 13.845,94. Karena itu, koreksi rupiah terhadap dolar AS pada sesi ini dinilai cukup wajar, ujarnya. Dikatakannya, pertumbuhan ekonomi nasional saat ini cenderung melambat, akibat defisit anggaran yang masih terjadi karena gejolak harga minyak mentah yang berlanjut. Meski harga minyak mentah dunia sedikit turun, namun masih berada dalam kisaran 118 dolar AS per barel, katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap euro mencapai 1,5570, dan dolar AS terhadap yen mencapai 104,05 serta euro terhadap yen mencapai 162,06. Pasar agak menekan yen, karena pelaku asing cenderung membeli dolar AS, kata Kostaman. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008