Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arcandra Tahar, mengatakan kebijakan Biodiesel 20 (B20) sepanjang Januari hingga Juli 2019, berhasil menghemat devisa sebesar 1,66 miliar dolar AS atau setara dengan nilai Rp23,6 triliun.
"Kalau kita melihat harga MoPS untuk diesel dikalikan volume FAME (Fatty Acid Methyl Eter) yang sudah terdistribusikan itu sekitar 97 persen, maka penghematannya itu sekitar 1,66 miliar dolar dari Januari sampai Juli," kata Arcandra Tahar usai menghadiri rapat koordinasi B20 di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan penghematan devisa tersebut diperoleh karena adanya pengurangan kuota impor bahan bakar minyak (BBM) yang dilakukan oleh pemerintah.
"Itu dari berkurangnya impor solar," ujarnya.
Arcandra menyebutkan bahwa sepanjang tahun ini pemerintah menyiapkan 6,2 juta kiloliter B20 dengan target penyerapan mencapai 100 persen.
Adapun sejak Januari hingga Juli 2019, volume penggunaan B20 telah mencapai 2,95 juta kiloliter atau 44 persen dari total kuota tersebut.
"Pencapaian (penyerapan) itu sudah 97,4 persen dari target," ujarnya.
Angka pencapaian 97,4 persen sejak Januari hingga Juli 2019 itu menunjukkan bahwa realisasi program mandatori B20 belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 100 persen.
Program mandatori merupakan langkah pemerintah mewajibkan campuran 20 persen biodiesel dengan 80 persen bahan bakar minyak jenis solar. Program ini telah dimulai sejak Januari 2016, bertujuan menghemat devisa dan mengoptimalisasi bahan baku lokal kelapa sawit.
Penerapan kebijakan ini juga menjadi bukti pemerintah serius untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk menjaga ketahanan energi nasional.
Baca juga: Penyaluran B20 capai 2,95 juta kiloliter dari target 2019
Baca juga: Gapki sebut penyerapan biodiesel semester I 2019 capai 3,29 juta ton
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019