Jakarta (ANTARA News) - Ram Punjabi, produser berjulukan Raja Sinetron, menilai bahwa Indonesia miskin bioskop.
"Dengan populasi 230 juta jiwa, jumlah total bioskop sebanyak 473 hanyalah sebesar nol koma sekian persen kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan fasilitas hiburan film," kata Ram Punjabi di Jakarta.
Sehubungan dengan hal itu, bos Rapi Film tersebut mengatakan, upaya memajukan industri perfilman nasional mutlak dilakukan dan harus didukung semua pihak, termasuk pemerintah.
Menurut Ram, semakin banyak produksi film berkualitas dan sekaligus disukai masyarakat, maka akan mendorong pertumbuhan gedung bioskop.
"Kalau film hidup, bioskop pun hidup," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, terbitnya buku sejarah "100 Tahun Bioskop di Indonesia" karya HM Johan Tjasmadi akan memberi manfaat besar bagi industri hiburan itu sendiri, karena ada banyak sekali pengetahuan yang dapat dipelajari.
"Paling tidak untuk bahan dasar penulisan selanjutnya," katanya.
Buku karya Johan Tjasmadi itu mengungkap tidak hanya sejarah bioskop di Indonesia, tetapi juga pengalaman sang penulis sebagai pengusaha bioskop selama 50 tahun terakhir, sebagian besar ketika menjabat ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia sejak 1970-1999.
Pengusaha yang memulai karir tahun 1954 sebagai tukang sobek tiket di bioskop Garden Hall (sekarang TIM 21) itu juga membeberkan pengetahuannya tentang katerkaitan film laris dan logika penonton, serta tanggungjawab pembuatan film dari segala aspek kehidupan masyarakat, budaya, dan bangsa.
Menurut Johan dalam buku itu, jumlah bioskop pada masa Hindia Belanda (1900-1942) mencapai 300 gedung kemudian merosot drastis hingga tersisa 52 di era Pendudukan Jepang, dan sampai saat ini jumlahnya tidak lebih dari 473.
"Padahal jumlah penduduk terus bertambah, sekarang sudah sekitar 230 juta orang," demikian Ram Punjabi. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008