Beijing telah membiarkan yuan untuk melemah dalam beberapa pekan terakhir sebagai penyeimbang tarif, menekan mata uang negara berkembang di seluruh Asia.
Sydney (ANTARA) - Kurs dolar masih bertahan terhadap mata uang safe haven yen pada perdagangan Senin pagi, karena sengketa perdagangan China-AS tampaknya akan berlarut-larut tanpa penyelesaian yang terlihat, sementara liburan di Jepang dan Singapura membuat volume perdagangan sangat tipis.
Kekacauan masih melekat setelah Presiden AS Donald Trump pada Jumat (9/8) mengatakan dia tidak siap untuk membuat kesepakatan dengan China dan bahkan menyerukan perundingan perdagangan putaran September dipertanyakan.
Goldman Sachs selama akhir pekan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi AS, memperingatkan bahwa kesepakatan perdagangan tidak mungkin terjadi sebelum pemilihan presiden 2020 dan bahwa risiko resesi meningkat.
"Secara keseluruhan, kami telah meningkatkan perkiraan kami tentang dampak pertumbuhan perang dagang," kata bank itu dalam sebuah catatan.
Semua mata akan tertuju pada angka-angka China tentang penjualan ritel dan hasil industri pada Rabu (14/8) untuk mengukur dampak pergulatan jangka panjang pada aktivitas domestik.
Beijing telah membiarkan yuan untuk melemah dalam beberapa pekan terakhir sebagai penyeimbang tarif, menekan mata uang negara berkembang di seluruh Asia dan mendorong yen.
Dolar naik tipis menjadi 7,1034 yuan dalam perdagangan luar negeri pada Senin pagi, karena investor menunggu untuk melihat di mana bank sentral China (PBOC) akan memilih untuk memperbaiki yuan.
Dolar bergerak sebaliknya terhadap yen, turun ke 105,40 yen, setelah mencapai level terendah tujuh bulan di sekitar 105,25 pada Jumat (9/8/2019). Dolar hampir tidak sendirian, dengan euro turun menjadi 118,16 yen dan mendekati level terendah sejak April 2017.
Demikian juga, sterling telah tenggelam ke kedalaman yang tidak dikunjungi sejak 2016 di 126,69 yen, setelah merosot lebih dari delapan yen dalam waktu lebih dari dua minggu.
Pound mencapai palung dua tahun terhadap dolar AS pada Jumat (9/8/2019), setelah data menunjukkan ekonomi Inggris secara tak terduga berkontraksi pada kuartal kedua, hanya menambah bearish atas Brexit dan kemungkinan keluar tanpa kesepakatan.
Sterling terakhir di 1,2020 dolar AS dan mengincar dukungan di 1,1979 dolar AS, yang menandai terendah sejak Januari 2017.
The Telegraph melaporkan anggota parlemen Buruh telah diberitahu untuk membatalkan semua perjalanan pada awal September untuk mengantisipasi Jeremy Corbyn mengajukan mosi tidak percaya pada pemerintah.
Euro stabil terhadap dolar di 1,1200 dolar, terikat antara resistensi di 1,1249 dolar AS dan dukungan di 1,1175 dolar AS.
Politik tetap sulit dengan prospek pemilihan dipercepat di Italia belum terselesaikan karena oposisi yang dibangun terkait rencana ketua Liga Matteo Salvini untuk pemungutan suara.
Rintangan lain adalah angka produk domestik bruto Jerman pada Rabu (7/8/2019) di mana kontraksi adalah risiko nyata mengingat penurunan tajam dalam output pabrik pada Juni.
Baca juga: Rupiah Senin pagi melemah 35 poin
Baca juga: Yuan China melemah jadi 7,0211 terhadap dolar AS
Baca juga: Rupiah awal pekan melemah di tengah retaliasi perang dagang
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019