Shanghai (ANTARA) - Pasar saham Asia turun pada awal perdagangan Senin pagi, sementara harga emas menguat karena investor khawatir perang perdagangan China dan Amerika Serikat yang berkepanjangan dapat mendorong ekonomi dunia dan ekonomi AS memasuki resesi.
Pada awal perdagangan, indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,17 persen, setelah Wall Street menghentikan kenaikan beruntun tiga hari menjadi berakhir lebih rendah pada Jumat (9/8/2019).
Saham-saham Australia turun sekitar 0,1 persen, sementara pasar Korea Selatan bangkit kembali dari kerugian awal naik 0,12 persen. Sedangkan, pasar di Jepang dan Singapura ditutup untuk hari libur nasional pada Senin.
Saham-saham AS berakhir lebih rendah pada Jumat (9/8/2019) setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Washington melanjutkan pembicaraan perdagangan dengan Beijing, tetapi AS tidak akan membuat kesepakatan untuk saat ini.
Komentar itu membantu mendorong aksi jual di sesi rawan yang melihat Dow Jones Industrial Average turun 0,34 persen, S&P 500 kehilangan 0,66 persen dan Komposit Nasdaq turun satu persen.
Penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro kemudian mengatakan bahwa Amerika Serikat masih berencana untuk mengadakan lagi perundingan perdagangan dengan para perunding China.
Ketidakpastian dan kurangnya kemajuan di sekitar pembicaraan telah membuat pasar keuangan menjadi gelisah selama beberapa bulan terakhir, dengan investor menarik keluar dana-dana dari aset berisiko di tengah perlambatan pertumbuhan global dan keuntungan perusahaan.
Kekhawatiran tentang dampak merusak perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia ditegaskan oleh peringatan dari Goldman Sachs tentang meningkatnya risiko resesi AS, dan bahwa ia tidak lagi memperkirakan kesepakatan perdagangan sebelum pemilihan presiden AS 2020.
Di tempat lain, ada sedikit berita negatif. Data pekan lalu menunjukkan ekonomi Inggris secara tak terduga menyusut untuk pertama kalinya sejak 2012 di kuartal kedua, sementara produksi industri Jerman mengalami penurunan tahunan terbesar dalam sembilan tahun. Semua itu menimbulkan kekhawatiran resesi global ketika perang tarif China-AS yang semakin meningkat berdampak pada perdagangan dan investasi.
"Korelasi lintas aset dan aliran uang terus memberi tahu (kami) bahwa ketakutan di pasar ini adalah hasil asli dari ketakutan dan ketidakpastian dari para pedagang dan investor," kata Greg McKenna, ahli strategi di McKenna Macro.
Pelarian ke aset-aset safe haven dianggap membantu mengangkat harga emas di atas 1.500 dolar AS pekan lalu untuk pertama kalinya sejak April 2013. Setelah melepaskan beberapa keuntungan pada Jumat (9/8/2019), logam mulia lebih tinggi pada Senin, naik 0,18 persen menjadi 1.499,52 dolar AS per ounce.
Di pasar mata uang, sterling berada di posisi terendah seperti pada 17 Januari 2017 terhadap dolar AS, dibeli sedikitnya 1,2015 dolar AS di perdagangan Asia pada Senin pagi sebelum memangkas kerugian. Pound Inggris terakhir dibeli 1,2028 dolar AS
Mata uang Inggris berada di bawah tekanan pada Jumat (9/8/2019) setelah data suram pada ekonomi Inggris.
Dolar turun 0,25 persen terhadap yen ke 105,40, sementara euro naik lke 1,1203 persen.
Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap enam mata uang rival utama, hampir tidak berubah pada 97,513.
Harga minyak merosot, setelah naik tajam pada Jumat (9/8/2019) karena penurunan persediaan Eropa dan pengurangan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Minyak mentah AS turun 0,53 persen menjadi 54,21 dolar AS per barel dan patokan global minyak mentah Brent turun 0,51 persen menjadi 58,23 dolar AS per barel.
Baca juga: Pasar saham Asia melemah, ekspektasi penurunan suku bunga AS berkurang
Baca juga: Bursa Asia turun, obligasi menguat karena kekhawatiran perang dagang
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019