New York, (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon, pada Senin waktu setempat memimpin rapat para kepala dari badan-badan PBB di Bern, ibukota Swiss, yang menyorot masalah krisis pangan . Isu krisis pangan yang melanda dunia akibat meningkatnya harga bahan pangan, juga menjadi fokus perhatian Pemerintah Indonesia. "Jumat lalu di Wina (Austria, red), Sekjen PBB menekankan mendesaknya waktu untuk menangani masalah pangan, dengan mengatakan bahwa hal ini terkait erat antara lain dengan isu-isu pembangunan, perubahan iklim, serta harga pangan," demikian diungkapkan juru bicara Ban Ki-moon, Marie Okabe, kepada wartawan di Markas Besar PBB, New York, Senin. Sekjen mencatat bahwa krisis pangan telah menyengsarakan kalangan yang tergolong sangat miskin dan menyebabkan 100 juta orang lainnya menjadi semakin miskin. Ban menekankan bahwa krisis tersebut dapat menghambat tercapainya delapan target Millenium Development Goals (MDGs) yang seyogyanya dicapai pada tahun 2015. Delapan target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) 2015 adalah penghapusan kemiskinan; perlawanan terhadap penyakit termasuk HIV/AIDS, dan malaria; peningkatan kesehatan ibu; penuruan angka kematian anak; pendidikan untuk semua; persamaan jender; pelestarian hidup; dan kerjasama global. Sekjen, kata Okabe, menyadari bahwa masalah krisis pangan akan terlalu berat untuk ditangani oleh hanya satu badan dunia. Karena itu, Ban membawa isu tersebut ke Bern untuk dibahas bersama-sama saat 27 badan, dana dan program PBB berkumpul dalam pertemuan di ibukota Swiss itu. "Masalah ini (krisis pangan, red) adalah tantangan global, jadi kita perlu membahasnya bersama-sama secara global," kata Ban seperti dikutip Okabe. Ketika berbicara di Wina akhir pekan lalu, Ban mengatakan bahwa respons darurat harus segera diberikan terhadap krisis pangan maupun berbagai macam krisis kemanusiaan lainnya. (*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008