Jakarta (ANTARA) - Para perenang internasional menyuarakan keresahan mereka atas kualitas air dan suhu di ajang uji renang maraton untuk Olimpiade Tokyo 2020 dan ofisial pertandingan pun berjanji akan memantau situasi dengan seksama menjelang waktu pertandingan.
Baca juga: Cuaca panas diduga penyebab pekerja proyek Olimpiade tewas
"Ini adalah kompetisi terhangat yang pernah saya ikuti," kata peraih medali emas Olimpiade tiga kali Oussama Mellouli asal Tunisia setelah menyelesaikan kompetisi renang maraton 5km putra.
"Rasanya masih nyaman untuk 2km pertama tapi kemudian saya menjadi sangat panas," ujar perenang berusia 35 tahun, yang memenangkan emas nomor 10km renang di Olimpiade London 2012.
Kompetisi itu dimulai pukul 7 pagi dengan suhu udara sudah lebih dari 30 derajat ketika ibu kota Jepang dilewati gelombang panas yang mematikan.
"Suhu airnya tinggi jadi saya agak khawatir," kata perenang Jepang Yumi Kida yang mengaku harus minum air es sebelum perlombaan sebagai upaya mengurangi panas tubuhnya.
Federasi Renang Internasional (FINA) menetapkan bahwa atlet tidak boleh berlomba ketika suhu air melebihi 31 derajat dan Direktur Eksekutif FINA Cornel Marculescu mengatakan keselamatan para atlet menjadi prioritas utama.
Marculescu mengatakan badan eksternal akan dibentuk bersamaan dengan panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 untuk memantau kualitas air dan suhu menjelang pertandingan dan hasilnya bisa mempengaruhi waktu acara renang maraton.
"Berdasarkan informasi ini, kami akan memutuskan kapan lomba akan dimulai. Bisa jam 5 pagi, bisa jam 5:30 pagi, bisa jam 6 pagi, bisa jam 6:30 pagi - tergantung pada suhu air," katanya sebagaimana dilansir dari AFP.
"Bekerja dengan perusahaan khusus seperti yang akan kita lakukan di Tokyo, kita akan memiliki informasi yang tepat untuk mengambil keputusan yang tepat."
Masalah cuaca panas menjadi persoalan terbesar bagi penyelenggara Olimpiade Tokyo, yang terus berupaya mengubah waktu dimulainya sejumlah lomba termasuk maraton dalam upaya mengurangi efek panas terik musim panas Jepang.
Panitia ingin menghindari malu berkaca dari Olimpiade Rio pada tahun 2016 ketika kolam yang akan digunakan untuk lomba menyelam berubah warna menjadi hijau yang meresahkan dalam semalam.
Para pejabat Brasil juga harus berjuang membersihkan perairan teluk tempat berlangsungnya lomba layar dan selancar angin yang terganggu oleh bakteri dari selokan dan kotoran sampah.
Pada bulan Oktober 2017, penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 juga pernah dipermalukan setelah tes mengungkapkan tingkat bakteri e-coli lebih tinggi 20 kali dari standar internasional hingga memicu keraguan tentang keselamatan tempat tersebut.
Baca juga: Panitia sakit kepala saat Tokyo kepanasan menjelang Olimpiade 2020
Pewarta: Junaydi Suswanto
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2019