"Daging itu sumber protein, sumber mineral, ada beberapa vitamin juga, kalau suhunya terlalu panas memasaknya berkali-kali vitaminnya hilang," kata Hardinsyah di Jakarta, Jumat.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor itu mencontohkan, olahan daging kurban yang dibuat soto daging untuk makan siang namun dipanaskan ketika sore dan malam hari bisa menghilangkan kandungan vitamin. Walaupun demikian, kandungan protein yang terdapat pada daging tidak akan hilang meski dimasak berulang.
Pengolahan daging kurban yang biasanya sering dilakukan oleh masyarakat adalah sate yang menurut Hardinsyah, olahan sate cukup melindungi kandungan gizi.
Namun dia mengingatkan agar tidak membakar sate hingga teramat lama dan membuat daging menjadi gosong berubah arang. Bagian gosong seperti arang pada daging tersebut merupakan zat karsinogenik yang bisa menyebabkan kanker.
Hardinsyah juga mengingatkan agar tidak mengolah daging kurban dengan kandungan garam yang tinggi untuk menghindari pemicu penyakit hipertensi. Dia juga mengemukakan agar masyarakat mengurangi pengolahan lemak pada daging kurban yang tidak baik bagi tubuh bila dikonsumsi berlebihan.
Dia menjelaskan hal yang harus diperhatikan pertama kali saat menerima daging kurban dengan mengecek kondisi kebersihan daging tersebut sebelum disimpan atau diolah.
Baca juga: Istiqlal gunakan plastik ramah lingkungan untuk bungkus daging kurban
Baca juga: Dompet Dhuafa siapkan pembungkus daging kurban nonplastik
Baca juga: Pemprov DKI-ACT santap daging kurban olahan
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019