Yangon (ANTARA) - Satu pengadilan Myanmar pada Jumat mendakwa delapan orang karena membiayai terorisme, termasuk enam orang yang dideportasi dari Singapura bulan lalu atas dugaan mereka mengirim uang ke pemberontak-pemberontak suku di kawasan Rakhine yang dilanda konflik.
Negara Bagian Rakhine menarik perhatian dunia setelah sekitar 730.000 orang Muslim Rohingya melintas ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari tindakan militer sebagai balasan terhadap serangan-serangan militan tahun 2017.
Lapran-laporan paling terbaru menyebutkan warga sipil terlibat bentrokan-bentrokan antara militer dan Tentara Arakan, kelompok pemberontak yang merekrut orang-orang dari penduduk Rakhine yang sebagian pengikut agama Budha dan berjuang demi otonomi lebih besar bagi negara bagian itu.
Myanmar memasukkan Tentara Arakan sebagai organisasi teroris dan penguasa telah mengerahkan ribuan prajurit ke kawasan itu.
Ketika berbicara di luar pengadilan di Yangon, Ibu Kota Komersial Myanmar, seorang pembela mengatakan mereka menjalankan organisasi sah di Singapura, yang mengumpulkan dana bagi orang-orang yang mengalami penderitaan akibat pertempuran. PBB menyebutkan 35.000 orang terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka untuk menyelamatkan diri.
"Kami dari Asosiasi Arakan. Mereka mencampuradukkan kami dengan Tentara Arakan," kata Tin Hlaing Oo, salah seorang dari enam orang yang dideportasi dari Singapura.
Pengacara mereka, Kyaw Myo Tun, mengatakan mereka mengirim uang untuk mendukung orang-orang yang terlantar akibat kekerasan dan banjir yang baru-baru ini terjadi kawasan tersebut.
Sumber: Reuters
Baca juga: Singapura tahan WN Myanmar terkait kelompok pemberontak Rakhine
Baca juga: Tentara Myanmar bunuh 6 orang di Rakhine
Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019