Tujuan dari kegiatan ini untuk mengenalkan anak tentang proses ibadah haji pada usia dini, serta menstimulus tumbuh kembang anak-anak agar bisa lebih berkembang
Makassar (ANTARA) - Menjelang Idul Adha 1440 Hijiriah Rumah Sekolah Cendekia (RSC) Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan menggelar kegiatan manasik haji untuk mengajarkan anak didiknya mengikuti proses layaknya berhaji sesuai dengan Rukun Islam ke-5.
"Tujuan dari kegiatan ini untuk mengenalkan anak tentang proses ibadah haji pada usia dini, serta menstimulus tumbuh kembang anak-anak agar bisa lebih berkembang," kata Kepala Sekolah SD RSC Gowa, Impu Sanjaya di sela kegiatan, Jumat.
Selain itu, pengajaran tentang proses berhaji dilaksanakan tiap tahun tersebut, kata dia, bermakna agar anak mengetahui lebih jauh tentang tahapan berhaji.
Ia mengatakan di sekitar lingkungan sekolah pun sengaja dibuatkan replika Ka'bah dan lokasi berhaji. Peserta didik ibaratnya berada di Tanah Suci. Anak-anak dibagi menjadi rombongan kecil, mereka pun mengikuti proses yang diilustrasikan dari Masjidil Haram di Mekkah hingga bukit Arafah, dengan melintasi Mina dan Muzdalifah.
Setelah tiba di Mekkah, jamaah melakukan Thawaf Qudum (Thawaf Kedatangan) dengan tujuh kali putaran mengelilingi Ka’bah. Terlihat anak-anak sangat antusias meskipun beberapa dari mereka harus dipandu gurunya.
Proses selanjutnya menuju Muzdalifah di Arafah setelah selesai, kemudian anak-anak melaksanakan Sa’i atau berlari-lari kecil antara Safa dan Marwa, lalu melempar kerikil atau jumrah dan mengelilingi replika Ka'bah atau Thawaf Wada' sebanyak tujuh kali, lalu ditutup dengan shalat Idhul Adha.
Ia menjelaskan di sekolah tersebut terdapat 150 anak peserta didik, terdiri atas 90 anak SD, sisanya anak TK dan kelompok bermain. Di antara mereka ada sekitar 15 anak inklusi atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang bersekolah di situ dan semua siswa wajib mengikuti kegiatan manasik haji.
"Bagi anak inklusi yang ikut dalam kegiatan ini akan merangsang perkembangan dan kemampuannya untuk lebih berkembang, sebab di sini kami lebih banyak mengajarkan berinterkasi. Hanya 50 persen proses belajar mengajar sisanya interaksi" ujar dia.
Ia menambahkan, metode pembelajaran RSC adalah "one day school". Selain itu juga menerima anak ABK. Selama sekolah ini berdiri sejak 2009, sejumlah anak yang bersekolah telah banyak mengalami perkembangan termasuk ABK.
"Inilah adalah kesempatan mereka, sebab pengajaran ABK di sini akan memudahkan mereka berinteraksi didunia nyata nantinya, sebab metode pembelajaran lebih banyak kepada interaksi," kata Impu Sanjaya.
Salah seorang peserta didik ABK, Ashari yang kini sudah duduk di bangku SD mengaku sangat senang mengikuti proses belajar mengajar di sekolah itu, apalagi bertepatan dengan kegiatan manasik haji.
"Sangat senang dan suka, di sekolah ini juga banyak teman-teman. Semua baik, guru-guri juga sangat baik," katanya.
Baca juga: Lebih baik perhatikan anak yatim ketimbang haji berkali-kali
Baca juga: Anak di Bawah Umur Dilarang Berhaji Demi Keadilan
Baca juga: 10 persen pendaftar haji Sawahlunto usia sekolah
Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019