Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat George W. Bush, Kamis, menjamin pemimpin Palestina Mahmud Abbas bahwa dia 'yakin' akan dicapainya perjanjian tentang pembentukan negara Palestina sebelum dia meninggalkan Gedung Putih. "Saya jamin presiden, bahwa negara Palestina mendapat prioritas tinggi, bagi saya dan pemerintahan saya - (Palestina) adalah negara yang hidup terus, satu negara yang tidak tampak seperti keju Swiss, satu negara yang memberikan harapan," kata Bush, yang akan mengakhiri periode jabatannya Januari depan. Dalam pernyataannya di Ruang Oval, Abbas menyatakan terima kasih kepada presiden AS karena telah menghidupkan kembali perundingan perdamaian Timur Tengah yang macet pada konferensi perdamaian di Annapolis, Maryland, November lalu, tapi juga memperingatkan bahwa 'kami sedang berpacu melawan waktu.' "Kami percaya bahwa anda sebenarnya tulus mencari kebenaran, perdamaian sejati dan yang terakhir di Timur Tengah. Dan saya percaya bahwa anda ingin melihat adanya satu perjanjian dan penyelesaian sebelum masa jabatan anda berakhir," kata Abbas, yang disambut anggukan Bush tanda setuju. Kedua pemimpin sepakat bahwa proyek tersebut menghadapi hambatan berat, namun menyatakan yakin bahwa Israel dan Palestina bisa, pada akhir tahun ini, sedikitnya mencapai kesepakatan sebagaimana yang mereka inginkan. "Saya tak bisa katakan bahwa jalan menuju perdamaian telah dihiasi dengan bunga-bunga, tapi justru ditaburi dengan banyak hambatan. Tapi dengan kebersamaan, kami akan bekerja sangat keras dalam rangka menyingkirkan rintangan-rintangan itu dan mencapai perdamaian," kata Abbas, seperti dilaporkan AFP. "Saya percaya bahwa kami bisa membentuk negara secara definitif. Saya juga percaya bahwa hal itu memerlukan kerja keras. Untuk menyelesaikan masalah itu, saya pergi kembali ke Timur Tengah. Saya berharap bisa bertemu dengan anda, tuan," kata Bush. Presiden AS akan bertolak kembali ke kawasan itu Mei depan, suatu kunjungan yang berinti menghadiri peringatan ke-60 tahun berdirinya negara modern Israel, dan diperkirakan akan bertemu Abbas pada konferensi tingkat tinggi ekonomi di Mesir. "Tuan Presiden, upaya-upaya anda, upaya-upaya pemerintahan anda, dengan berbagai kunjungan anda sebelumnya dan kunjungan anda yang akan datang ke Sharm el-Sheikh dan ke kawasan, semua ini adalah indikasi kuat bahwa anda sangat peduli untuk terus bekerja sangat keras dan untuk mencapai tujuan anda," kata Abbas. Ditanya mengenai kurangnya hasil nyata dari perundingan-perundingan sejak konferensi Annapolis, perempuan jurubicara Bush Dana Perino mengatakan, bahwa proses tersebut 'telah banyak mencapai kemajuan daripada yang kita harapkan, tapi hal itu tidak bergerak cukup cepat.' Pemerintahan Bush juga membantah keras laporan yang menyatakan pihaknya memberikan 'lampu hijau' kepada Israel untuk memperluas pembangunan pemukiman, karena hal itu masih menjadi bagian dari kesepakatan perdamaian akhir dengan Palestina berdasarkan apa yang dinamakan 'peta-jalan' untuk perdamaian. Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, sebagaimana dikutip suratkabar Washington Post, mengatakan pekan ini, bahwa Bush empat tahun yang lalu telah mengirim surat kepada pendahulu Olmert, Ariel Sharon, yang mengizinkan Israel memperluas pembangunan pemukiman mereka di Tepi Barat. "Tidak ada pemahaman demikian," kata Perino. "Yang presiden maksudkan adalah komitmen kepada peta-jalan, dan hal itu masih ada disini, dalam hitam dan putih," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008