Serang (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda sejak Kamis pagi hingga sore diselimuti kabut tebal akibat buruknya cuaca yang terjadi sejak tiga hari terakhir.
Hujan lebat yang disertai angin kencang bahkan mengguyur wilayah di sekitar gunung yang tengah diwaspadai peningkatan aktivitasnya itu Kamis sore.
Menurut Kepala Pos Pemantauan di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Anton Tripambudi, sejak ditetapkan dalam status siaga level III oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, aktivitas letusan dan vulkanik gunung itu terus meningkat.
Data dari Pos Pemantauan dari Kamis pukul 06.00 sampai 12.00 WIB, mencatat telah terjadi kegempaan vulkanik A (dalam) 35 kali, vulkanik B (dangkal) 30 kali, letusan 55 kali, tremor lima kali dan hembusan sebanyak 74 kali.
"Hari ini saya kira letusan dan kegempaan meningkat dibandingkan Rabu kemarin," kata dia.
Menurut dia, selama ini frekuensi letusan dan kegempaan vulkanik meningkat dengan kemunculan interval dua sampai tiga menit. Rabu malam bahkan perut Anak Krakatau menyemburkan bebatuan pijar serta bola api selama lima menit.
"Peningkatan letusan dan kegempaan itu akibat adanya pembesaran lubang kawah di kawasan bukit selatan gunung sudah mencapai 175 diameter," kata dia.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau kepada nelayan agar tidak mendekati kawasan gunung, karena setiap malam akan terjadi semburan bebatuan pijar serta bola api.
Akan tetapi, letusan dan kegempaan Anak Krakatau ini tidak menimbulkan gelombang tsunami seperti yang dialami oleh "ibunya" tahun 1883 yang menewaskan 36 ribu lebih warga pesisir Banten dan Lampung.
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008