Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antar bank Jakarta pada Kamis sore merosot 17 poin menjadi Rp9.218/9.225 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.201/9.210. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta mengatakan bahwa pasar masih aktif memburu dolar AS karena mereka khawatir dengan gejolak harga minyak mentah yang masih tinggi. Meski harga minyak mentah dunia sedikit turun pada Kamis (24/4) ini, namun peluang untuk menguat lagi masih cukup besar, ucapnya. Menurut dia, harga minyak mentah dunia berpeluang untuk menguat hingga mencapai 125 dolar AS per barel, akibat keengganan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk meningkatkan produksinya. "Kami optimis apabila OPEC bersedia menaikkan produksinya yang saat ini dipatok mencapai 32 juta barel per hari maka harga minyak mentah akan kembali normal," ucapnya. Rupiah, lanjut dia, diperkirakan terus melemah sampai ada peningkatan produksi dari negara anggota OPEC untuk memenuhi permintaan minyak mentah yang besar. Negara-negara konsumen yang paling besar permintaannya antara lain dari Amerika Serikat dan China, ujarnya. Kenaikan harga minyak mentah itu, menurut dia, juga memberikan dampak negatif dari anggaran belanja pemerintah yang terus tergerus, sehingga pertumbuhan ekonomi nasional kemungkinan akan makin melambat. Namun pemerintah sedang berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi kondisi ekonomi yang makin berat, ujarnya. Ia mengatakan, rupiah diperkirakan akan terus merosot hingga mencapai angka Rp9.300 per dolar AS, meski investor asing masih aktif menempatkan dananya di pasar domestik, seperti investasi dari perusahaan Telkom dari Arab Saudi. "Kami optimis pasar Indonesia masih diminati, apalagi selisih bunga rupiah terhadap dolar AS masih tetap tinggi," ucapnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008