Jakarta (ANTARA News) - Nota kesepahaman kerjasama RI dan Amerika Serikat (AS) akan segera disahkan dalam dua bulan ke depan."Kita sudah serahkan beberapa rumusan terkait kerjasama pertahanan kedua negara dalam beberapa waktu ke depan. Dan diharapkan dengan MoU ini, kerja sama yang telah terjalin berjalan lebih efektif," kata Dirjen Strategi Pertahanan (Strahan) Departemen Pertahanan (Dephan) Mayjen TNI Syarifuddin Tippe di Jakarta, Kamis.Ia mengatakan, dalam Dialog Keamanan Indonesia-AS (Indonesia-United State Security Dialogue/IUSSD) VI yang berlangsung di Washington DC 14-20 April 2008, kedua pihak sepakat segera mengesahkan kerjasama pertahanan RI-AS.Dengan payung hukum tersebut, maka bidang kerjasama pertahanan yang dilakukan kedua negara dapat makin diperluas dibanding sebelumnya dan lebih efektif."Tidak itu saja, posisi kedua pihak sama atau sejajar dalam menegosiasikan setiap bidang dan bentuk kerjasama yang akan dijalankan," katanya. Forum dialog antara Indonesia-AS di bidang pertahanan ini merupakan tindak lanjut dari pernyataan bersama antara Presiden RI dan Presiden AS pada kunjungan Presiden RI ke AS pada September 2001. Forum dialog ini pada awalnya merupakan upaya membuka kembali kerjasama pertahanan kedua negara yang terhenti setelah peristiwa Timor Timur 1999. Forum bertujuan memelihara komunikasi antara institusi pertahanan demi mendapatkan masukan bagi penentuan kebijakan pertahanan serta meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan kedua negara yang mengalami pasang surut. Pada dialog sebelumnya di Jakarta, kedua negara menyatakan bersama, antara lain, kedua pihak meninjau kembali kuatnya hubungan bilateral antara RI-AS setelah merujuk beberapa pertemuan pejabat kedua negara. Pada 26 September 2006, dalam pertemuan Wapres Jusuf Kalla dan Wapres Richard B. Cheney di Washington DC serta pertemuan antara Menlu Hasan Wirajuda dengan Secretary of State Ms Condoleeza Rice pada 22 Maret 2007 di Washington DC, kedua negara menegaskan adanya peningkatan kemitraan strategis kedua negara. Tidak itu saja, kedua negara juga menekankan perkembangan berkelanjutan dengan pulihnya hubungan militer, termasuk kelanjutan program FMF, ekspor sejumlah besar peralatan/sarana pertahanan ke Indonesia dan melanjutkan program-program pendidikan dan pelatihan militer Indonesia (IMET). Kedua pihak juga menyatakan dengan dicabutnya embargo terhadap Indonesia, program-program IMET akan berjalan normal kembali sehingga diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme militer Indonesia sesuai dengan prinsip demokratisasi dalam mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing bangsa. Kedua pihak bersepakat saling tukar aspirasi untuk perdamaian dan stabilisasi kawasan melalui program-program yang dilaksanakan. Selain itu, kedua pihak setuju mewujudkan rencana kerja, program-program bantuan dan perjanjian kerjasama pertahanan yang potensial sebagai implementasi dan kontribusi konsep kemitraan strategis.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008