Sehebat-hebatnya menyimpan informasi di jaringan digital masih ada risiko terakses masyarakat umum, yang juga berpotensi jadi ekses negatif. Semata hanya mengandalkan sistem 'security' di internet masih tentu ada lobang kelemahannya
Jakarta (ANTARA) -
Guru Besar IPB bidang Teknologi Komputer, Prof Kudang Boro Seminar mengatakan sistem keamanan di internet sebagai produk manusia tentu ada celah kelemahannya sehingga masyarakat sebagai pengguna sebaiknya tetap cerdas dan bijak memanfaatkan teknologi informasi tersebut agar tidak menjadi ekses negatif.
"Sehebat-hebatnya menyimpan informasi di jaringan digital masih ada risiko terakses masyarakat umum, yang juga berpotensi jadi ekses negatif. Semata hanya mengandalkan sistem 'security' di internet masih tentu ada lobang kelemahannya," kata Kudang saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis (8/8).
Ia mengatakan berbagai contoh informasi yang viral via internet yang kemudian mengunduh ekses negatif baik antara individu dengan individu, antar individu dengan organisasi, antara organisasi dengan organisasi maka banyak pembelajaran yang harus dipetik untuk bisa menggunakan internet ini dengan aman dan sehat.
Dan berita yang baru-baru ini viral tentang calon Taruna TNI belasteran Indonesia-Prancis berinisial EZA yang diduga menjadi simpatisan organisasi HTI setelah ditemukan jejak digital postingannya di sosial media.
Baca juga: Sering "online" bikin tak kreatif, Channing Tatum pamit dari medsos
Doktor lulusan Ilmu Komputer itu memberikan masukan agar masyarakat menggunakan kaidah holistik dan kesantunan dalam berkomunikasi apalagi memanfaatkan teknologi informasi.
Di era digital ini semua akses terbuka, sehebat apapun menyimpan informasi pasti suatu saat terkupas. Ekses negatif harus dilindungi bukan dengan keamanan internet, tapi bertabiat bagus untuk tiap-tiap individu pengguna internet.
"Mengucapkan kata-kata yang bagus, memaafkan, tidak menjelekkan atau menyalahkan orang dengan semena-mena di media digital” katanya.
Kudang menyimpulkan, yang namanya produk manusia masih ada lubang kelemahan teknologi informasi tersebut. Sehingga kita (masing-masing) harus dimulai melatih diri berbicara yang benar, bertanggungjawab, tidak semena-mena, memperhatikan etik sehingga tidak menimbulkan ekses negatif.
"Yang benar saja kadang-kadang kita bisa dikatakan salah," katanya.
Baca juga: Pakar sebut media sosial jadi aspek penilaian rekruitmen
Bagi Kudang, teknologi informasi tidak ada sesuatu keajaiban. Untuk mencegah agar sosial media tidak menjadi senjata makan tuan. Kudang mengatakan agar kita menjaga kesantunan atau etika masing-masing individu.
Etika adalah akhlak, di mana ilmu itu ujungnya berbuah akhlak mulia. Karena kalau berilmu saja tapi akhlak tidak bagus, bisa-bisa menyulut konflik, pertengkaran dengan pihak lain.
"Lewat email saja bisa sampai ke pengadilan," katanya.
Kudang menilai masih banyak dari pengguna sosial media belum optimal dalam memilih kata, isi pesan yang sesuai kontek (umum atau rahasia, 'hoax' atau bukan, manfaat atau mudharat) menggunakan fasilitas digital tersebut. Sehingga perlu memagari diri dengan akhlak yang baik.
Gunakan sosial media untuk mengajarkan kebaikan, menyampaikan hasil-hasil temuan yang baik, menyampaikan kabar gembira, bukan mengancam, menyalahkan, menfitnah, memilih kata-kata yang baik.
Baca juga: Instagram dan WhatsApp dapat nama tambahan dari Facebook
"Kata-kata baik dan memaafkan lebih baik dari sedekah materi. Kalau kita gunakan tuntunan ini, Insya Allah di media sosial akan selamat," kata Kudang.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019