Palangka Raya (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan adanya lahan seluas 1,7 juta ha yang memiliki Hak Guna Usaha (HGU) ternyata tidak dikelola secara maksimal."Padahal Indonesia memerlukan tambahan pangan yang pohon-pohonnya bisa ditanam di tanah yang termasuk dalam kelompok itu," kata Presiden di Palangka Raya, Kamis, ketika mencanangkan gerakan pemberantasan kemiskinan.Presiden mengatakan, hasil penelitian Badan Pertanahan Nasional menunjukkan bahwa di tanah air terdapat tujuh hingga delapan juta ha tanah yang sesungguhnya tidak digunakan secara baik, dan di antaranya terdapat 1,7 ha tanah yang memiliki HGU. Karena itu, kata Yudhoyono, seluruh gubernur, walikota serta bupati diminta untuk memanfaatkan secara maksimal lahan-lahan di dalam pemerintahanya, terutama bagi peningkatan produksi pangan. "Kalau bisa semua tanah diolah untuk meningkatkan kesejahrteraan rakyat," kata Presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono, Mensesneg Hatta Rajasa, Menteri Negara Pembangunan Daerah tertinggal Lukman Eddy, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, dan Gubernur Kalimantan Tengah Agustin TY Teras Narang. Kepala Negara mengingatkan bahwa pada 2007, dirinya sudah memerintahkan para pejabat agar meningkatkan produksi beras sebanyak tiga juta ton, terutama untuk memenuhi kebutuhan domestik yang terus meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk yang sekarang mencapai sekitar 230 juta jiwa. Dalam kunjungannya ke Palangka Raya itu, Presiden juga mengajak Dirut BRI Sofyan Basyir, Dirut Bank BNI Gatot Suwondo, serta Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo untuk menyerahkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kredit itu terutama bagi para pengusaha mikro dan kecil mulai dari penjual jamu, pedagang pakaian, pedagang bakso hinga penjual voucher telepon seluler. Pada acara pencanangan program pemberantasan kemkiskinan itu, Presiden menyerahkan penghargaan kepada tiga gubernur yakni Teras Narang, Gubernur Jawa Timur Imam Oetomo serta Gubernur Gorontalo Fadel Mohammad atas jasa-jasa mereka mengurangi tingkat kemiskinan di daerahnya masing-masing.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008