New York (ANTARA News) - Harga minyak naik tipis, Rabu, namun gagal menembus level 120 dolar AS per barel, karena para pedagang mendapati sebuah laporan yang beragam dalam cadangan energi AS dan berkembangnya kekhawatiran melonjaknya harga energi. Kontrak berjangka minyak utama New York, minyak mentah jenis "light sweet" untuk pengiriman Juni, naik 23 sen menjadi ditutup pada 118,30 dolar AS per barel. Kontrak Mei telah melesat ke rekor tertinggi 119,90 dolar AS sebelum berakhir pada Selasa. Di London, minyak mentah jenis "Brent North Sea" untuk pengiriman Juni naik 51 sen menjadi pada 116,46 dolar AS pada Rabu, setelah mencapai level tertinggi 116,75 dolar AS dalam perdagangan harian Selasa. Badan energi AS (EIA) mengatakan Rabu, bahwa cadangan bensin atau bahan bakarnya menyusut 3,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 18 April. Penurunan ini lebih besar dari perkiraan para analis turun 2,0 juta barel. Para pedagang fokus pada pasokan bensin jelang musim puncak permintaan yang dimulai Mei, ketika banyak orang Amerika menggunakan mobilnya untuk libur musim panas. Namun EIA menambahkan bahwa cadangan minyak mentah tumbuh 2,4 juta barel. Lebih baik dari ekspektasi pasar naik 1,5 juta barel. "Cadangan minyak mentah naik sedikit dan penarikan produk-produk lebih baik dari yang diperkirakan," kata analis Citigroup, Tim Evans. Phil Flynn dari Alaron Trading mengatakan para pedagang ragu setelah harga berjangka gagal menembus level simbolis 120 dolar AS per barel, mengurangi gairah beberapa spekulator. Harga minyak mendekati level historis pada Selasa karena serangan pipa saluran minyak mentah di Nigeria, memperketat pasokan energi global yang berada di bawah tekanan kuat, dengan kartel minyak mentah OPEC ragu menaikkan produksi jangka pendek. Ditambah lagi dukungan dari melemahnya mata uang AS, yang membuat barang yang dihargakan dalam dolar AS, seperti minyak menjadi lebih murah untuk para pembeli asing dan mendorong permintaan naik. Euro melonjak melewati 1,60 dolar AS untuk pertama kalinya pada Selasa. Kekhawatiran pasokan global juga mencuat pekan ini setelah grup minyak Belanda-Inggris Royal Dutch Shell melaporkan produksinya berkurang 169.000 barel per hari karena sabotase terhadap pipa saluran utama minyak di selatan Nigeria. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008