Saat ini nilai perdagangan kedua negara masih relatif kecil yakni hanya 2,6 miliar dolar AS dan diperkirakan masih kurang dari 5 miliar dolar AS pada 2020..
Jakarta (ANTARA) - Musim panas yang dimulai bulan Juni hingga Agustus menjadi waktu yang tepat bagi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk menikmati kota Moskow dengan ratusan gereja cantik di dalamnya.
Tentu saja kawasan wisata Monumen Merah atau Red Square, Katedral Santo Basil dan Istana Kremlin menjadi destinasi dan latar foto wajib bagi para pelancong yang berkunjung ke ibu kota Rusia ini. Sekitar lima kilometer dari keramaian tersebut, terdapat salah satu taman kota yang menjadi tujuan bagi warga lokal Moskow untuk sekadar bersantai, berjalan-jalan dengan hewan peliharaan dan berolahraga ringan.
Taman Krasnaya Presnya pada Jumat (2/8) sore terlihat lebih ramai dari hari biasanya. Panggung megah dengan lampu latar warna-warni di antara danau, menjadi titik utama yang menarik perhatian pengunjung untuk menonton festival yang sedang dihelat.
Titik utama itu adalah Festival Indonesia yang menampilkan budaya Nusantara, mulai dari kuliner, kerajinan tangan dan busana daerah, hingga seni musik dan seni tari, sebagai rangkaian dari peringatan ke-69 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Rusia yang dimulai sejak 1950.
Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, Wahid Supriyadi, mengatakan festival tersebut sangat didukung Wali Kota Moskow karena kegiatannya dinilai bukan saja mempromosikan Indonesia ke Rusia tapi sebaliknya juga menjadi promosi yang bagus untuk Rusia ke Indonesia.
"Kami dapat dukungan tak ternilai dengan digratiskannya pemakaian Taman Krasnaya Presnya dan dibuatkannya iklan billboard di Metro (jalur kereta api bawah tanah)," katanya.
Lagu kebangsaan Indonesia Raya, diikuti lagu kebangsaan Rusia, mengawali perhelatan Festival Indonesia yang dilaksanakan di taman seluas 16,5 hektare. Meski cuaca di Moskow masih terbilang dingin dengan suhu 13 derajat, ada 1.000 pengunjung dari Indonesia dan Rusia yang hadir meramaikan acara tersebut.
Baca juga: Forum bisnis Indonesia-Rusia tingkatkan investasi kedua negara
Setidaknya ada 177 gerai berjejer memamerkan keunggulan komoditas dari masing-masing daerah Indonesia. Dubes Wahid menjelaskan festival yang sudah digelar keempat kalinya sejak 2016 ini secara nyata telah meningkatkan kunjungan wisatawan Indonesia dan Rusia.
Menurut data Kementerian Pariwisata RI, wisatawan Rusia yang berkunjung ke Indonesia tumbuh signifikan, yakni dari sekitar 68.000 pengunjung pada 2016, menjadi 125.000 pengunjung pada 2018. Sementara itu, wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Rusia tercatat dari 5.000 orang pada 2016 menjadi 31.000 orang pada 2018.
Dari pantauan di Taman Krasnaya Presnya, gerai Provinsi Aceh menjadi salah satu yang tidak pernah sepi pengunjung. Gerai tersebut menjual komoditas unggulannya, yakni Kopi Gayo jenis Arabika dengan harga bervariasi mulai dari 600 rubel (Rp130.343) hingga 800 rubel (Rp173.791).
Selain itu, produk cokelat kopi juga tidak kalah laris karena harganya yang terjangkau, yakni dijual dengan harga 50 rubel atau sekitar Rp10.800 per batang.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Teuku Satria Wira, mengungkapkan bahwa selama ini pangsa pasar kopi Gayo belum bisa menembus pasar Rusia. Oleh karena itu, hadirnya festival ini diharapkan menjadi ajang untuk memperluas pasar ekspor.
"Saat ini kami rata-rata pangsa pasarnya masih di sekitar Eropa Barat, umumnya Jerman. Dengan kegiatan ini, kami harap kopi Gayo menjadi daya tarik karena cuacanya yang dingin, serta aroma kopinya yang pekat," kata Wira.
Anjungan Jawa Barat tidak kalah sukses mencuri perhatian masyarakat Moskow, dan salah satu yang menyita perhatian warga di sana ialah Payung Geulis yang laris manis diserbu warga ibu kota Rusia itu,
Salah satu warga yang berkunjung, Vasily (48), mengaku sangat puas karena telah memboyong dua buah payung geulis tradisional Tasikmalaya. "Payung ini sangat cantik dan indah sekali, saya bawa pulang satu lagi. Istri saya pasti suka,” kata dia.
Baca juga: "Expocentre" pintu masuk produk Indonesia ke pasar Rusia-Eropa Timur
Untuk soal kebutuhan pangan, gerai yang didirikan oleh Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) juga sukses menarik pengunjung, terutama konsumen rumah tangga. Warga Rusia terlihat antusias untuk melihat berbagai produk dari kelapa sawit, mulai dari minyak goreng, margarin, hingga minyak salmira (red virgin palm oil).
"Minyak sawit sedikit lebih enak daripada sunflower (minyak bunga matahari)," kata Olga, salah satu warga Rusia setelah mencicipi kentang goreng menggunakan minyak goreng kelapa sawit.
Pada acara tersebut, minyak goreng sawit habis terjual pada hari kedua festival. Setidaknya 96 botol minyak goreng laris manis di acara tersebut dengan harga jual 150 rubel (Rp33.000) untuk volume 1 liter. Padahal, biasanya minyak goreng tersebut hanya dijual Rp10.000 di Indonesia. Sementara itu, minyak salmira dijual seharga 1.000 rubel (Rp240.000) per kotak.
Direktur Eksekutif GIMNI Sahat Sinaga mengatakan minyak nabati dari kelapa sawit tersebut diminati oleh warga Rusia, yang umumnya dari kalangan rumah tangga. Namun begitu, mereka kesulitan untuk membeli minyak goreng sawit ini di pasar retail Rusia.
"Mereka bilang ini rasanya enak. Mereka tanya di mana kami bisa beli minyak ini karena di supermarket tidak ada. Baru saya mengetahui itu ternyata tidak ada promosi minyak sawit ini dijual di market," kata Sahat.
Menjelang penutupan festival, Dubes Wahid Supriadi mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) terkait pelaksanaan Festival Indonesia di Moskow empat kali berturut-turut setiap tahun sejak 2016.
Pendiri MURI Jaya Suprana saat menyerahkan penghargaan tersebut di Moskow, Senin (5/8), menyatakan bahwa bahkan orang Rusia mengakui bahwa Festival Indonesia itu merupakan kegiatan terbesar yang diadakan negara lain di negeri tersebut.
Jaya Suprana mengatakan, tidak mudah menggelar acara dengan melibatkan lebih dari seribu peserta seperti Festival Indonesia itu, apalagi dilakukan di negeri orang. Oleh karena itu, kata dia, pemrakarsanya harus mendapat penghargaan.
Dibalik euforia perhelatan Festival Indonesia tersebut, kedua negara sebelumnya juga melakukan penguatan hubungan perdagangan melalui Forum Bisnis untuk menandai peringatan ke-69 jalinan diplomatik Indonesia-Rusia.
Peningkatan investasi Indonesia-Rusia
Hotel Ritz Carlton, Moskow, Rusia, pada Kamis (1/8) pagi, dipenuhi dengan Delegasi Indonesia dan para pelaku usaha yang menghadiri Forum Bisnis Indonesia-Rusia. Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, Wahid Supriyadi, membuka acara tersebut, diikuti oleh pidato dari Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf dan Wakil Menteri Perdagangan dan Perindustrian Federasi Rusia, Alexey Gruzdev.
Sejumlah pejabat daerah dengan potensi pengembangan bisnis juga turut hadir, antara lain Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno
Dubes Wahid Supriyadi menjelaskan kegiatan forum bisnis ini bertujuan meningkatkan investasi kedua negara. Ia menyebutkan kedua negara termasuk dalam Kelompok G20, yakni Rusia peringkat 12, sementara Indonesia peringkat 16 dengan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia. Namun demikian, nilai perdagangannya masih relatif rendah.
"Saat ini nilai perdagangan kedua negara masih relatif kecil yakni hanya 2,6 miliar dolar AS dan diperkirakan masih kurang dari 5 miliar dolar AS pada 2020," kata Wahid di sela-sela kegiatan Forum Bisnis Indonesia-Rusia di Moskow, Kamis.
Meski nilai perdagangan belum tercapai seperti yang diproyeksikan, Dubes menilai minat pelaku usaha Rusia untuk menanamkan modal di Indonesia terbilang tinggi.
Hal itu terbukti dari jumlah partisipan yang menghadiri penyelenggaraan Festival Indonesia dan Forum Bisnis ini setiap tahunnya. Semula forum ini ditargetkan hanya dihadiri 450 pelaku usaha, namun kenyataannya dihadiri oleh lebih dari 700 pengusaha dari Indonesia dan Rusia.
Kegiatan kemitraan strategis itu sejatinya bertujuan menguatkan hubungan kedua negara dalam hal pariwisata, perdagangan dan investasi. Terbukti pada forum bisnis tersebut, setidaknya ada 14 nota kesepahaman yang ditandatangani antara pelaku usaha Indonesia dan Rusia.
Baca juga: Forum bisnis Indonesia-Rusia hasilkan 13 nota kesepahaman
Forum Bisnis tersebut menghasilkan 14 nota kesepahaman dengan nilai 1,11 miliar dolar AS atau setara dengan Rp15,82 triliun. Kerja sama dengan nilai paling tinggi dilakukan antara PT Asia Starch International dan PT Dredolf, yang berjumlah 1,1 miliar dolar AS. Kemitraan tersebut mencakup pembangunan pabrik tepung terintegrasi dan ditargetkan menjadi yang terbesar di Asia.
Ada pula perjanjian antara PT Mayora Indah Tbk. dengan FT Service LLC yang bernilai 2,5 juta dolar AS. Perjanjian ini mencakup perdagangan produk biskuit dan permen rasa kopi. Kemudian, PT Ritz Gallery dan Investstroy Co. Ltd. Perjanjian keduanya berupa perdagangan produk furnitur senilai 2 juta dolar AS.
Kemudian, kerja sama pembelian arang batok kelapa (coconut shell charcoal) antara lain PT Dian Niaga Yogyakarta dengan Intro Gropu LTD dan PT Industri Kamu Borobudur dengan Greenwood LLC senilai Rp1 miliar.
Selain itu, ada 10 kerja sama lainnya antara perusahaan Indonesia dengan Rusia yang nilainya belum disebutkan mencakup obat-obatan herbal, agar-agar, brown sugar organic, dekorasi rumah dan furnitur dan proyek konstruksi.
Dubes Wahid menjelaskan bahwa potensi pasar ekspor ke Rusia yang dapat dijajaki oleh para pengusaha Indonesia adalah produk makanan dan buah-buahan tropis. Tercatat setelah penyelenggaraan Forum Bisnis Indonesia-Rusia, PT Mayora meningkatkan ekspornya hingga 2.000 kontainer pada 2018, dari tahun sebelumnya hanya 1.000 kontainer.
"Buah tropis juga besar sekali peluangnya, sayangnya kami masih menunggu ada penerbangan langsung Indonesia-Rusia. Untuk pertama kalinya, pada tahun ini, kami mempromosikan mangga asli dari Indonesia, yakni mangga gedong dan arum manis," katanya.
Kegiatan Forum Bisnis dan Festival Indonesia di Moskow ini, diharapkan semakin memperkuat hubungan diplomatik Indonesia dengan Rusia yang sudah terjalin lama, bahkan sejak negara tersebut masih dikenal sebagai Uni Soviet.
Baca juga: Kemitraan strategis ASEAN-Rusia catat peningkatan nilai perdagangan
Baca juga: Kadin siap perkuat hubungan dagang Indonesia-Rusia
Baca juga: Menggenjot nilai perdagangan Indonesia-Rusia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019