Kathmandu (ANTARA News) - Demonstran Tibet menyerbu kompleks PBB di ibukota Nepal Kathmandu, Selasa, guna menyampaikan permintaan dan mendesak badan dunia itu untuk memberikan tekanan terhadap Cina agar mengakhiri tindakan kerasnya di Tibet.
Itu adalah kali kedua dalam satu bulan pengunjuk rasa Tibet berhasil mendapat jalan masuk ke kompleks yang dijaga dengan ketat tersebut, kata para pejabat seperti dikutip AFP.
"Sembilan pengunjuk rasa Tibet bergegas masuk kompleks PBB itu setelah pintu utama dibuka untuk membiarkan masuk sebuah kendaraan PBB," ucap jurubicara PBB John Brittan.
Demonstran meninggalkan tempat itu setelah menyampaikan permintan mereka.
"Kami minta dukungan PBB untuk mengadakan tekanan terhadap Cina karena hak asasi manusia di Tibet, untuk membebaskan semua tawanan politik dan penyelidikan yang layak terhadap tindakan keras Cina itu," kata aktivis Nima Dolkar setelah muncul dari kompleks tersebut.
Akhri bulan lalu, 18 siswa remaja dalam pakaian seragam sekolah dengan meneriakkan "Tibet Merdeka" menyerbu kompleks PBB yang sama dan kemudian dikawal keluar oleh pejabat PBB.
Demonstran masuk kompleks itu setelah polisi mengatakan sedikitnya 50 demonstran Tibet, termasuk sejumlah biksu dan biksuni, ditahan sebelumnya pada hari itu ketika polisi membubarkan demonstrasi dekat kedutaan besar Cina di tempat lainnya di Kathmandu tengah.
Demonstran, yang meneriakkan slogan anti-Cina, berusaha untuk lari ke arah kompleks kedutaan besar tapi dirintangi oleh puluhan polisi.
Beberapa polisi meninju dan menendang pengunjuk rasa yang melawan penahanan. Sedikitnya tiga demonstran mengalirkan darah dari hidung dan mulut mereka setelah polisi memukul mereka.
"Kami telah menahan sekitar 50 pengunjuk rasa," kata Hom Jung Chauhan, seorang pejabat polisi di tempat terjadinya demonstrasi. Polisi mengatakan demonstran semuanya akan dibebaskan Selasa malam.
Nepal telah menyaksikan demonstrasi hampir tiap hari sejak kerusuhan meletus di Tibet yang dikuasai-Cina hampir enam pekan lalu.
Terjepit antara India dan Cina, Nepal secara resmi mengakui kebijakan "Satu Cina" Beijing yang menganggap Tibet dan Taiwan sebagai bagian integral Cina.
Para pejabat Nepal acapkali mengatakan tidak ada kegiatan anti-Cina akan diperbolehkan, dalam rangka untuk mempertahankan hubungan bersahabat dengan tetangga raksasa di utara itu.
Nepal menampung sektar 20.000 orang Tibet pengasingan yang mulai berdatangan pada 1959 setelah Dalai Lama melarikan diri dari Tibet menyusul pemberontakan yang gagal terhadap Cina.
Demonstrasi terhadap pemerintah Cina mengguncang wilayah Tibet bulan lalu, dengan pemimpin Tibet di pengasingan mengatakan lebih dari 150 orang Tibet telah tewas dalam tindakan keras pemerintah.
Cina mengatakan perusuh Tibet telah menewaskan 18 warga sipil dan dua pejabat polisi.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008