Medan (ANTARA News) - Indonesia dan Uzbekistan sepakat untuk semakin meningkatkan kerjasama perdagangan dan kepabeanan yang saling menguntungkan kedua belah pihak, demikian kesepakatan yang dicapai dalam Pertemuan Komite Konsultasi Bilateral Keempat RI-Uzbekistan yang dilangsungkan di Medan, Senin.Direktur Asia Selatan dan Tengah Departemen Luar Negeri (Deplu) RI, Mohamad Asruchin, didampingi Duta Besar RI untuk Uzbekistan, Sjahril Sabaruddin, usai pertemuan itu mengatakan bahwa kerjasama perdagangan dan kepabeanan itu diharapkan akan semakin memmbuka akses perdagangan Indonesia ke negara tersebut."Kita mencoba untuk semakin mendekatkan hubungan kedua negara. Jika selama ini kita hanya memasarkan palm oil, teh dan karet ke Uzbekistan, maka ke depan kita berharap bisa menawarkan lebih banyak produk lagi," katanya.Ia mengatakan, sebenarnya selama ini sudah cukup banyak produk Indonesia yang masuk ke Uzbekistan seperti hasil-hasil pertanian, furnitur, industri garmen dan sepatu, hanya saja masih melalui negara ketiga seperti melalui Dubai atau Iran. "Ke depan kita berharap bisa masuk secara langsung, apalagi dengan kerjasama ini akan ada potongan-potongan bea masuk sehingga produk kita dapat bersaing di pasar Uzbekistan," katanya. Sementara itu, Sjahril Sabaruddin, mengatakan bahwa nilai perdagangan RI-Uzbekistan selama tahun 2006 tercatat senilai 10,257 juta dolar Amerika Serikat (AS) dengan angka minus untuk Indonesia sebesar 8,175 juta dolar AS.Impor Indonesia pada tahun itu mencapai 9,357 juta dolar AS, sementara itu ekspor hanya senilai 1,181 juta dolar saja."Tahun lalu nilai perdagangan kita dengan Uzbekistan meningkat menjadi 245 juta dolar AS. Impor kita sekitar 22,5 juta dolar AS sementara ekspor hanya 1,5 juta dolar AS, dimana impor kita terbesar itu adalah kapas serta minyak dan gas," katanya.Menurut Sjahril Sabaruddin, Uzbekistan merupakan salah satu pasar negara Asia Tengah yang sedang tumbuh pesat. Uzbekistan juga merupakan "hub" yang dapat dijadikan pintu masuk bagi produk-produk ekspor Indonesia ke negara-negara Asia Tengah seperti Tajikistan, Turkmenistan, Azerbaijan dan Kazakhstan.Kawasan itu menyimpan deposit minyak dunia yang sangat besar yang diperkirakan menyamai kawasan Teluk. Permintaan akan produk asal Indonesia dari kawasan itu juga cukup besar dan sangat bervariasi, antara lain mulai dari furnitur rotan, ban, kertas, kakao, minyak goreng, minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), dan tekstil. Menyadari sulitnya berbisnis dengan pihak Barat, Uzbekistan dan negara-negara Asia Tengah lainnya menerapkan konsep "look east policy" yaitu kebijakan pendekatan ke negara-negara di Asia untuk mendukung program pembangunan mereka. "Peluang ini harus dimanfaatkan Indonesia dengan maksimal mengingat kawasan itu juga mulai digarap sejumlah negara lain di Asia seperti Jepang, China, Korea serta bahkan Vietnam, Thailand dan Pilipina," katanya.Selain kerjasama bidang perdagangan dan kepabeanan, RI-Uzbekistan juga sepakat menjalin kerjasama di bidang penanggulangan terorisme dan kejahatan terorganisir lintas negara. Pada kesempatan yang sama kedua negara juga melakukan negosiasi dan membahas rancangan dokumen persetujuan kerjasama di bidang lain seperti kerjasama di bidang energi, bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas, standarisasi, kerjasama pendidikan dan pelatihan diplomat serta pembentukan forum komisi bersama. "Dokumen perjanjian dan persetujuan bersama itu akan ditandatangani pada saat kunjungan Presiden Uzbekistan ke Indonesia tahun ini," ujar Mohamad Asruchin. Selain itu kedua pihak juga membahas beberapa program kegiatan yang merupakan implementasi dari berbagai perjanjian dan persetujuan yang sebelumnya telah ditandatangani, diantaranya kerjasama di bidang investasi, ekonomi dan teknik, pariwisata dan kesehatan. Di sela-sela pertemuan komite konsultasi bilateral RI-Uzbekistan itu Deplu juga memfasilitasi pertemuan bisnis antara pelaku usaha kedua negara dengan mempresentasikan potensi kerjasama di bidang properti, kelapa sawit, telekomunikasi dan pariwisata. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008