Opini rakyat AS sangat ditentukan oleh partai, jenis kelamin dan ras terkait apakah Trump layak menjabat sebagai presiden, menurut survei yang dirilis pada Rabu (27/9) waktu setempat.
Sebagian besar dari mereka sepakat Trump harus berhenti mengeluarkan pernyataan melalui Twitter.
Sebanyak 69 persen dari 1.412 pemilih yang disurvei secara nasional oleh Quinnipiac menyatakan Trump harus berhenti menggunakan Twitter, sementara 26 persen pemilih mengaku mendukung sang presiden untuk terus melontarkan pernyataan di jejaring sosial tersebut.
Secara keseluruhan, 56 persen responden mengatakan Trump tidak layak menjabat sebagai presiden sementara 42 persen berpendapat ia layak memimpin.
Sebanyak 94 persen pendukung Partai Demokrat mengatakan Trump, yang merupakan kader Republik, tidak layak menjadi presiden sementara lima persen koresponden mengaku ia layak.
84 persen pendukung Republik mengatakan Trump layak memimpin AS sementara 14 persen mengatakan tidak layak.
Sejumlah 49 persen pria AS mengaku Trump layak memimpin sementara 49 persen lainnya mengaku tidak layak. Margin untuk koresponden perempuan yakni 63 persen mengaku layak dan 35 persen mengaku tidak layak.
Sebanyak 50 persen koresponden masyarakat kulit putih mengaku Trump layak menjadi presiden sementara 48 persen mengaku ia tidak layak.
Mayoritas warga kulit hitam mengatakan Trump tidak layak menjadi pemimpin mereka, dengan margin 94 persen berbanding empat persen.
Sebagian besar warga Hispanik dengan margin 60 berbanding 40 persen mengaku Trump tidak layak berada di Gedung Putih.
57 persen dari mereka yang disurvei mengatakan tidak setuju dengan pekerjaan yang dilakukan Trump sebagai presiden dengan 36 persen mengatakan setuju.
Sejumlah 51 persen mengatakan malu memiliki Trump di Gedung Putih sementara 27 persen mengatakan bangga.
"Tidak ada yang terbalik," kata Tim Malloy, asisten direktur Poll Universitas Quinnipiac.
"Presiden Donald Trump harus menghadapi kenyataan keras bahwa mayoritas pemilih Amerika merasa bahwa dia tidak layak untuk bertugas di kantor tertinggi di negeri ini," imbuhnya.
Jajak pendapat tersebut, yang dilakukan pada 21 hingga 26 September memiliki margin error plus atau minus 3,1 poin persentase, demikian AFP.
Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017