"Jika CPR dilakukan dalam rentang waktu ini maka ada kemungkinan korban akan bertahan hidup tanpa terjadi kerusakan otak," kata Jetty di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan pada kasus henti jantung setiap menit tingkat bertahan hidup korban berkurang tujuh hingga 10 persen, oleh sebab itu pertolongan pertama pada 10 menit pertama dengan melakukan CPR sangat diperlukan.
Setelah masa 10 menit pertama berlalu maka semakin tinggi risiko korban menderita kerusakan otak akibat serangan tersebut.
"Sebenarnya banyak korban henti jantung mendadak tidak tertolong karena terlambat memberikan bantuan CPR," kata dia.
Saat kita menemukan korban henti jantung hal yang pertama kali harus dilakukan adalah memeriksa apakah korban masih bernapas dan memiliki denyut jantung, jika tidak ada maka lakukan kompresi dada kemudian lalu berikan nafas buatan.
Dia mengatakan saat melakukan kompresi dada, korban harus berada di permukaan yang datar dan keras, tidak boleh dilakukan di atas tempat tidur.
Tekanan yang diberikan harus dengan kecepatan 100 kompresi dada per menit dengan kedalaman kira-kira lima cm sebanyak 30 kali.
Dia mengatakan CPR dapat dilakukan oleh siapa saja walau bukan tenaga medis.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017