Jakarta (ANTARA News) - Tidak hanya sekali penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan menghadapi ancaman dan teror. Dia sudah mengalaminya berulang kali.
Tapi penyerangan pada 11 April 2017, ketika orang tidak dikenal menyiramkan air keras ke wajah Novel seusai shalat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya, membuat mata kirinya rusak sehingga dia harus menjalani perawatan di Singapura sejak 12 April 2017.
Novel antara lain harus menjalani operasi mata kiri selama sekitar lima jam 20 menit pada peringatan ulang tahun kemerdekaan ke-72 RI dalam proses penyembuhannya.
Dalam wawancara dengan ANTARA News di Singapura beberapa waktu lalu Novel mengaku tidak menyesali peristiwa teror tersebut. Pria 40 tahun itu bahkan tidak sabar ingin kembali bekerja.
"Di Alquran Surah At-Taubah ayat 51 secara singkat disebut bahwa segala sesuatu terjadi hanya karena kehendak Allah, artinya kalau sekarang terjadi pada mata saya saya menyadari bahwa ini adalah takdir Allah dan itu adalah baik, kalau itu baik masa saya menyesal?" kata Novel.
"Bahkan saya kemudian meyakini bahwa kejadian ini adalah suplemen yang membuat saya semakin kuat, semakin berani dalam berjuang, semoga setelah perkara ini saya menangani perkara yang lebih besar lagi. Kalau diserang lagi Alhamdullilah, tidak masalah, se-simple itu," ujarnya.
Penyidik KPK Novel Baswedan, dan istrinya Rina Emilda serta anak bungsunya, ditemui di Singapura (ANTARA News/Monalisa)
Keluarga Novel pun tetap mendukung langkah apapun yang dia ambil meski teror sering membayangi.
"Anak saya pernah diikuti orang waktu ke Indomart," ungkap istri Novel kepada ANTARA News.
Kakak Novel, Taufik Baswedan, pun mengaku tidak panik saat mendengar kabar Novel disiram air keras.
"Saat itu saya sedang shalat subuh di masjid dekat rumah, lalu ditelepon kalau Novel disiram air keras. Tetap tenang, tidak panik, karena sudah biasa dia diteror, Novel juga orangnya tenang," tutur Taufik.
Sewaktu kejadian, Novel baru tiga bulan dikaruniai anak kelimanya, anak lelaki satu-satunya.
Novel semakin tidak gentar melangkah karena anak-anaknya juga memberi dukungan penuh pada ayah mereka.
"Jangan takut 'bi, Abi pilih saja yang harus dilakukan, Abi jangan takut," demikian penuturan anak pertama Novel yang baru berusia 13 tahun kepadanya.
Namun andai bisa memutar balik waktu, apakah Novel tetap akan memilih berada di jalan penumpasan korupsi Tanah Air yang penuh rintangan?
(Baca juga: MENEMUI NOVEL - Bicara soal pemeriksaan (video))
(Baca juga: MENEMUI NOVEL - Pemulihan mata kiri (video))
(Baca juga: MENEMUI NOVEL - Soal nama jenderal, kasus KTP-e, dan Pansus KPK (Video))
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017