Jakarta (ANTARA News) - Pemenang kompetisi video seni dalam rangkaian perhelatan Art Jakarta 2017 bertajuk "Unidentified Origin of Light Less" mengangkat mengenai keberagaman etnis di Indonesia.
Riyadhus Shalihin (27) yang merupakan juara pertama kompetisi video seni kepada Antara di Jakarta, Minggu, menuturkan bahwa dirinya mengumpulkan foto masa lalu pendatang etnis Arab, Cina, dan India, kemudian mencetaknya dalam kertas lama koleksi kakeknya.
Setelah itu, dia memanfaatkan cahaya korek api untuk menerangi wajah-wajah tersebut.
"Yang ingin saya sampaikan jangan merasa etnis paling pertama di Indonesia, misalnya Sunda itu ada campuran pedagang India dan Cina," ucap Riyadhus.
Berbagai macam warisan kebudayaan Eropa pun, menurut dia, berasal dari Asia. Dari situ, pria yang sedang menempuh pendidikan master di ITB itu menekankan darah dalam tubuh tidaklah asli satu etnis, tetapi telah bercampur.
"Dengan korek api yang dinyalakan waktu terbatas, jika ingin melihat foto, tidak bisa mengindetifikasi keoriginalitasnya karana cahaya kurang," tuturnya.
Riyadush mengerjakan video itu selama sekitar 1 bulan dengan mencari hal mendasar perbedaan di Indonesia.
Sementara itu, Ketua Penyelenggara Art Jakarta 2017 Indriati Wirjanto mengatakan bahwa kompetisi video seni untuk memasyarakatkan seni video yang beberapa tahun terakhir menggelora dan mendekatkan seni dengan generasi muda melalui media video yang disukai anak muda.
"Dengan tema Unity in Diversity, kami juga ingin melihat bagaimana anak muda mengartikan konteks kekinan Bhinneka Tunggal Ika," katanya.
Adapun kriteria pemenang adalah sesuai dengan tema, teknik pembuatan video yang tidak sebatas mendokumentasikan ide serta unsur estetika.
Pewarta: Dyah Dwi A.
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017