... polisi membalas...

Manila (ANTARA News) - Seorang walikota di Filipina selatan tewas dalam razia narkoba di dekat rumahnya, Minggu dini hari. Dia masuk dalam daftar Presiden Rodrigo Duterte sebagai tersangka teratas pengedar narkoba.


Reynaldo Parojinog merupakan walikota ketiga yang tewas dalam penumpasan narkotika berdarah oleh pemerintah.

Parojinog, walikota Ozamiz, tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan yang melaksanakan tugas di rumahnya.

Beberapa pucuk senjata dan obat terlarang sejenis shabu-shabu (methamphetamin) yang belum diketahui berapa besar jumlahnya disita daruirumah walikota itu, kata Kepala Kepolisian Mindanao Utara, Timoteo Pacleb, kepada wartawan.

"Polisi mendapat serangan... sehingga polisi membalas," kata Pacleb.

Beberapa orang lain, termasuk istri Parojinog, tewas dalam penggerebekan itu.

"Keluarga Parojinog, jika Anda ingat, termasuk dalam daftar Presiden Duterte tentang tokoh-tokoh yang terlibat dalam perdagangan obat terlarang," kata Ernesto Abella, juru bicara presiden, dalam sebuah pernyataan.

Pada November, walikota Albuera di Leyte bagian tengah Filipina yang Duterte minta untuk menyerah karena dugaan keterlibatannya dalam peredaran obat bius, tewas dalam baku tembak di dalam sel tahanannya.

Duterte telah berjanji melancarkan perang terhadap perdagangan obat terlarang walau menerima kritik dari berbagai kelangan khususnya kelompok-kelompok hak asasi manusia.

Walikota lainnya yang diduga terlibat dalam aktivitas itu di bagian selatan Mindanao dan sembilan orangnya tewas dalam baku tembak di sebuah tempat pemeriksaan polisi di Cotabatu pada Oktober.

Para pengeritik mengatakan Duterte tutup mata atas ribuan kematian selama operasi-operasi oleh polisi yang melakukan eksekusi para pengedar obat terlarang itu.

Polisi mengatakan mereka telah membunub para tersangka sebagai bela diri dan membantah keterlibatan dalam serangkaian pembunuhan para pengedar obat terlarang.

Dalam beberapa jumpa pers dan kegiatan publik Presiden Duterte menunjukkan sebuah buku tebal yang dikatakannya berisi nama-nama pejabat yang diduga terkait dengan perdagangan obat terlarang. Buku itu berisi sekitar 3.000 nama.

Selain melancarkan perang terhadap perdagangan obat terlarang Duterte berencana memerangi kelompok Maois -- setelah perlawanan lain di kawasan selatan oleh kelompok Islam sudah dipadamkan.

Ketika berbicara di depan pasukan yang tengah memerangi kelompok afiliasi ISIS di pulau Mindanao, Duterte mengatakan ia akan memerintahkan serangan melawan Tentara Rakyat Baru (NPA) setelah Kota Marawi berhasil dikusai kembali oleh pemerintah.

"Saya tidak ingin perundingan perdamaian," kata Duterte yang mengenakan seragam militer pada Kamis di pusat komando tentara yang hanya berjarak dua kilometer dari arena pertempuran.

"Tidak ada lagi perundingan, ayo perang," kata Duterte di dalam kesempatan lain di depan para pengusaha Kota Davao baru-baru ini.

Duterte kini harus menghadapi tantangan keamanan terbesar dalam masa kepresidenannya. Pasukan keamanan pemerintah terus tertekan untuk mengamankan pulau-pulau di selatan dari ancaman serangan kelompok Maois dan juga organisasi pro-ISIS yang dibantu warga negara asing.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017