Jakarta (ANTARA News) - Angka partisipasi dan jumlah pendidikan anak usia dini (PAUD) di Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih sangat minim, hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Kemendikbud Harris Iskandar di Jakarta, Selasa.
Menurut data dari UNICEF daerah yang memiliki kesiapan PAUD terendah di Indonesia adalah Papua yaitu 28 persen, sementara yang tertinggi ada di Yogyakarta sebesar 93 persen.
Harris mengatakan minimnya PAUD di KTI disebabkan berbagai hal, salah satunya adalah masalah jarak yang jauh untuk menuju ke sekolah.
"Di sana jaraknya satu rumah ke rumah yang lain berjauhan, satu kelurahan memiliki satu PAUD saja sangat sulit," ungkap Harris.
Selain itu, kemiskinan juga menjadi faktor sulitnya PAUD berkembang di KTI. Karena menurut Harris, hampir 99 persen PAUD yang ada di Indonesia berbasis komunitas, oleh sebab itu jika tingkat kemiskinannya masih tinggi maka akan sulit untuk membangun PAUD di daerah tersebut.
Untuk mencapai perluasan PAUD, maka Kemendikbud akan membuat desain PAUD yang dapat dihadiri beberapa murid saja.
"PAUD sekarang paling sedikit 12 orang, nanti akan dibuat model PAUD yang bisa menampung murid yang lebih sedikit. Selain itu, kami akan membuat desain baru di mana sekolah PAUD digandeng dengan SD," kata dia.
Saat ini ada sekitar 5.316.120 anak atau sekitar 27,65 persen anak usia 3-6 tahun yang belum mengenyam PAUD.
Sedangkan dari data desa masih ada sekitar 24.684 desa di seluruh Indonesia yang belum ada layanan PAUD.
Indonesia memiliki tujuan untuk memperluas PAUD, targetnya pada 2030 seluruh desa di Indonesia telah memiliki satu PAUD.
"Saat ini sudah 72,35 persen wilayah di Indonesia memiliki PAUD, targetnya pada 2019 angka ini meningkat menjadi 77,2 persen," kata dia.
(Baca: Mendikbud katakan sistem zonasi untuk pemerataan)
Pewarta: Aubrey KF
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017