Ini bukan kecelakaan transportasi."

Negara (ANTARA News) - Mahbud (18), salah seorang penumpang kapal dilaporkan terjatuh saat berswaforo (selfie) di Selat Bali saat Kapal Motor Penumpang (KMP) Mutiara Alas III yang ditumpanginya hendak sandar ke Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, dan korban hingga kini belum ditemukan.

"Dari keterangan saksi-saksi, ia berdiri terlalu ke pinggir, sehingga saat kapal diterpa ombak ia terjatuh. Ini bukan kecelakaan transportasi," kata Kepala Otoritas Pelabuhan Penyeberangan /Syahbandar Pelabuhan Gilimanuk I Made Astika, Rabu.

Penumpang KMP Mutiara Alas III atas nama Mahbud itu tercatat menyeberang ke Bali dengan tujuan melakukan ziarah religi bersama rombongannya satu bus.

Saat kapal menunggu giliran sandar di Pelabuhan Gilimanuk dan mengapung dengan jarak sekira 100 meter dari dermaga. Mahbud oleh teman-teman satu rombongannya dilaporkan sempat berdiri di pinggir kapal untuk berswafoto, dan terjatuh saat ada guncangan ombak.

Made Astika mengatakan bahwa dalam setiap penyeberangan cuaca selalu tidak menentu, sehingga pihaknya maupun anak buah kapal (ABK) senantiasa mengimbau penumpang untuk tidak berdiri terlalu dekat di pinggir kapal. Ombak besar bisa datang setiap saat yang membuat kapal oleng.

KMP Mutiara Alas III, menurut dia, tercatat ditumpangi Mahbud bersama rombongan dari Kabupaten Pasururan, Provinsi Jawa Timur, layak berlayar sesuai Surat Persetujuan Berlayar yang dikeluarkan syahbandar.

Koordinator Pos SAR (search and rescue atau pencari dan penyelamat) Jembrana, Ida Bagus Suray Wirawan mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan pencarian korban bersama tim gabungan dari Polisi Perairan (Polair), TNI Angkatan Laut (AL) dan petugas pelabuhan.

"Sesuai arus laut, pencarian kami mengarah ke sisi selatan dengan radius dua mil dari tempat kejadian. Tapi, sampai sekarang korban belum kami temukan," katanya.

Selain petugas resmi, ia mengatakan, masyarakat nelayan sekitar Kelurahan Gilimanuk juga sudah diberitahu kejadian itu, agar mereka sambil melaut dapat ikut membantu mencari korban.

Pencarian akan dilakukan maksimal selama tujuh hari, dan ia pun berharap cuaca di Selat Bali mendukung sehingga korban bisa ditemukan.

"Kondisi saat ini,arus di Selat Bali cukup kencang dengan arah yang terus berubah-ubah. Biasanya tubuh korban mengikuti arah arus air," demikian Ida Bagus Suray Wirawan.

Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017