Malang (ANTARA News) - Sekolah-sekolah yang meloloskan siswanya dalam tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) namun tidak melakukan daftar ulang atau registrasi terancam di-blacklist oleh Peguruan Tinggi Negeri (PTN) di mana mereka diterima.
Wakil Rektor 1 Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Kusmartono di Malang, Jawa Timur, Selasa mengemukakan peserta yang lolos SBMPTN sudah bisa melakukan registrasi secara "online" pada 14 Juni 2017 di website PTN masing-masing. "Bagi yang tidak melakukan registrasi, PTN sudah mempersiapkan sanksi untuk sekolah asal yang bersangkutan," kata Kusmartono.
Ia mengaku akan mengumpulkan data siswa dan sekolah yang tidak validasi untuk kepentingan pengiriman surat peringatan. Implikasinya, untuk penentuan rumus tahun depan. Indeks kelolosan sekolah tersebut bisa dikurangi, bahkan di-blacklist.
Ia memprediksi rata-rata peserta yang lolos SBMPTN dan tidak melakukan registrasi sekitar 10-20 persen pada fakultas yang kurang favorit. Peserta jalur undangan (SNMPTN) tahun ini yang tidak registrasi ulang sekitar 8 persen.
Dari jumlah 3.083 peserta lolos SNMPTN, lanjutnya, hanya 2.967 yang melakukan daftar ulang. "Sisanya dialihkan ke SBMPTN. Oleh karena itu, jumlah yang diterima jalur SBMPTN tidak bulat 4.000 seperti kuota awal, melainkan ditambah menjadi 4.176 karena untuk memenuhi kuota SNMPTN dan SBMPTN.
Selain Universitas Brawijaya, langkah yang sama juga diterapkan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) . "Mulai tahun ini kami akan mengirimkan surat peringatan ke sekolah yang siswanya tiak registrasi ulang setelah diterima SNMPTN maupun SBMPTN," kata Kepala Biro Administrasi, Akademik, dan Kemahasiswaan UIN Maliki, Achmad Heru.
Dengan adanya sanksi tersebut, sekolah maupun siswa tidak main-main saat mendaftar ke PTN karena mereka dianggap telah menyia-nyiakan kesempatan. "Banyak peserta lain yang sangat ingin diterima tapi harus gugur. Daftar jalur lain pun juga mereka belum tentu diterima," ujarnya.
Ia mengemukakan untuk tahun pertama ini hanya berupa peringatan. Namun, selanjutnya bisa berupa blacklist jika terjadi berkali-kali dari sekolah yang sama. "Kasihan peserta lain yang nilainya selisih sedikit, tapi gagal. Sementara yang lolos ini justru tidak registrasi ulang," ucapnya.
Tingkat persaingan ntuk bisa menembus bangku perkuliahan di UB melalui jalur SBMPTN cukup ketat, yakni 1:21. Dari 91.652 orang yang mendaftar ke UB, hanya 4.176 yang diterima lewat jalur tersebut. Jumlah itu terbanyak secara nasional.
Rincian peserta yang diterima di UB secara rinci adalah 1.548 pada program studi kelompok Saintek dan 2.528 pada prodi Soshum. Dengan prodi keketatan tertinggi adalah prodi Akuntansi, dan Pendidikan Dokter.
Sementara itu, di Universitas Negeri Malang (UM) keketatan pendaftar mencapai angka 1:18, yakni dari 47.472, hanya ada 2.578 orang yang diterima. Prodi keketatan tertinggi adalah Teknik Informatika yaitu 1:76, Bahasa dan Sastra Indonesia 1:49, dan Bahasa Inggris 1:38.
Sedangkan di UIN Maulana Malik Ibrahim, ada 9.561 peserta gugur dari keketatan pendaftar sebesar 1:9,3. "Dari 10.705 pendaftar, diterima 1.144. 511 Saintek dan 633 Soshum. Prodi keketatan tertinggi adalah Pendidikan Dokter 1:32, Farmasi 1:24, dan Teknik Informatika 1:15.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017