Jakarta (ANTARA News) - PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) menyambut baik rencana PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melalui anak usahanya, PT Pins Indonesia, yang dikabarkan akan menambah kepemilikan saham di TELE dari 24 persen menjadi 50 persen.
"Jika rencana Pins menaikkan saham di TELE benar-benar terlaksana, tentu ini bisa berdampak positif bagi perusahaan," kata Corporate Secretary Tiphone Samuel Kurniawan, ketika dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut Samuel, keinginan Pins menjadi mayoritas di TELE sudah pernah mengemuka dalam dua tahun terakhir, seperti yang pernah diberitakan di berbagai media.
"Mungkin saja di internal PINS sudah membicarakan aksi korporasi itu. Tapi terus-terang kami belum dapat kabarnya. Kalaupun hal itu terjadi biasanya mekanismenya harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)," kata Samuel.
Sebelumnya, sejumlah sumber di pasar saham menyebutkan bahwa pemegang saham mayoritas Tiphone sedang menghitung harga wajar saham TELE dan ditargetkan harga jualnya akan berada di atas Rp1.000 per saham.
Aksi ini ditargetkan terealisasi tahun 2017, setelah Pins mendapatkan persetujuan dari induk usahanya (Telkom).
Harga saham TELE sudah naik dari Rp860 menjadi Rp1.235 per saham sepanjang Januari - 2 Juni 2017 atau terjadi kenaikan harga sekitar 50 persen.
Menurut sumber tersebut, penjualan saham kepada Pins kemungkinan direalisasikan dengan mekanisme penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (right issue), dimana mekanisme ini akan mengakibatkan dilusi kepemilikan pemegang saham lama hingga menjadi minoritas.
Selain "rights issue", dia mengatakan, pemegang saham terbesar Tiphone kemungkinan melepas langsung sahamnya kepada Pins.
Metode ini dinilai paling mudah untuk direalisasikan, namun dinilai kurang menguntungkan perseroan. Sebab, perseroan menginginkan sebagian dana hasil penjualan saham bisa masuk ke perusahaan untuk memperkuat permodalan dan mengurangi jumlah utang ke depan.
Berdasarkan keterbukaan informasi perseroan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Mei 2017, PT Upaya Cipta Sejahtera tercatat sebagai pemegang saham TELE yaitu 37,32 persen saham TELE, disusul PINS sebanyak 24 persen, dan PT Esa Utama Inti Persada menggenggam 13,68 persen. Selebihnya 25 persen dikuasai publik.
Hingga kuartal I - 2017, Tiphone berhasil membukukan peningkatan pendapatan menjadi Rp6,41 triliun, bandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar Rp6,27 triliun.
Laba usaha juga meningkat dari Rp233,09 miliar menjadi Rp266,81 miliar. Sedangkan laba komprehensif yanag tahun berjalan naik tipis dari Rp107,46 miliar menjadi Rp108,34 miliar.
Tiphone yang bergerak di bidang ritel dan distribusi produk perangkat telekomunikasi berupa ponsel dengan suku cadangnya, aksesoris, pulsa, jasa perbaikan, dan penyediaan konten ini berdiri sejak tahun 2008.
Gencar mengembangkan pasar dan layanan, pada tahun 2016, BlackBerry Ltd dan Tiphone membentuk perusahaan patungan (JV) bernama PT BB Merah Putih. JV tersebut akan memberikan lisensi software dan layanannya untuk memproduksi handset bagi pasar Indonesia.
Kerja sama ini sesuai dengan perubahan fokus bisnis BlackBerry ke perangkat lunak, melalui unit bisnis Mobility Solutions. JV tersebut sebagai salah satu dukungan terhadap pemerintah Indonesia untuk mempromosikan pengembangan, memproduksi, dan membuat barang menggunakan sumber lokal.
(T.R017/A011)
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017