Kami tidak berniat untuk melakukan apapun yang dapat merusak suasana ini."

Riyadh (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump setelah berada dua hari di Arab Saudi dijadwalkan ke Israel pada Senin untuk mengupayakan kembali perundingan damai antara Israel dan Palestina yang berhenti di tengah jalan.

Dia akan mengunjungi Yerusalem dan Tepi Barat dalam dua hari kunjungan itu, dan menjadwalkan pertemuan secara terpisah dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Dalam lawatan luar negeri pertamanya sejak resmi menjadi presiden, Trump yang berusia 71 tahun sudah menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

Dia kini berada di tengah tur selama sembilan hari ke Timur Tengah dan Eropa yang baru berakhir pada Sabtu depan setelah mengunjungi Vatikan, Brussel dan Sisilia, demikian laporan Reuters.

Tanda kelelahan itu nampak pada Senin saat Trump salah mengucapkan kalimat tertulis dalam teks pidatonya.

"Dia hanya kelelahan," kata seorang pejabat Gedung Putih.

Lalu pada Ahad malam di Riyadh, setelah menjalani berbagai kegiatan pada siang harinya, Trump membatalkan jadwal pidato di depan forum para pemuda dan mengirim anaknya, Ivanka.

Sepanjang akhir pekan lalu, Trump mendapatkan sambutan hangat dari para pemimpin Arab yang berharap sang presiden bisa membantu mereka untuk mengontrol pengaruh Iran di kawasan Teluk Persia, yang dinilai telah diabaikan oleh pendahulunya, Barack Obama.

Penyambutan meriah tersebut kontras dengan kesulitan yang tengah menimpa Trump di dalam negeri di mana dia harus menangkis sejumlah skandal terkait pemecatan mantan direktur badan intelijen federal (FBI), James Comey, dua pekan lalu.

Terkait perdamaian Timur Tengah, Trump sempat menyatakan bahwa dirinya akan mengupayakan segala hal untuk menjadi juru damai Israel dan Palestina.

Namun, ia hingga kini belum pernah memaparkan rencananya.

Saat bertemu Abbas pada awal bulan ini di Washington, dia menghindari pernyataan komitmen terhadap solusi dua negara untuk mengakhiri konflik lama, sehingga beberapa tokoh Palestina mengaku kecewa.

Trump juga menentang pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, yang sudah lama diminta oleh Israel.

"Kami telah melakukan diskusi yang baik dengan kedua belah pihak. Kami tidak berniat untuk melakukan apapun yang dapat merusak suasana ini," kata salah seorang sumber dalam pemerintahan Trump.

Pada Minggu (21/5) Israel mengesahkan sejumlah konsesi ekonomi terhadap Palestina yang "akan mempermudah kehidupan sehari-hari warga sipil di bawah Otoritas Palestina, setelah Trump meminta bukti langkah maju."

Di Riyadh, Trump juga mengumumkan perjanjian penjualan senjata ke Arab Saudi senilai 110 miliar dolar AS, sekaligus mengucapkan kalimat keras terhadap Iran.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017