Terlalu mahal harga dan darah yang harus dibayar bangsa ini jika terjadi perpecahan bangsa,"Banjarbaru (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR RI Mahyudin sangat khawatir dan merasa miris dengan potensi-potensi perpecahan bangsa yang kian marak di Indonesia terutama pra dan pasca Pilkada DKI Jakarta. Bahkan potensi itu melebar makin berbahaya dengan tuntutan penggantian ideologi Pancasila ke ideologi lain.
"Jika saya bisa meminta, sudahlah hentikan semua potensi konflik dan perpecahan bangsa antara lain memfitnah, menghasut, memanas-memanasi. Terlalu mahal harga dan darah yang harus dibayar bangsa ini jika terjadi perpecahan bangsa," katanya, dalam acara Dialog Kebangsaan DPD KNPI Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, di aula Kantor Walikota Banjarbaru," Kamis, dalam keterangan tertulis MPR.
Diungkapkan Mahyudin, banyak sekali ajakan-ajakan SARA tersebut terutama di media sosial. Mahyudin berharap agar masyarakat terutama generasi muda pintar dan bijak ketika menerima ajakan dan provokasi-provokasi yang menimbulkan perpecahan.
"Saya sendiri di grup WA (Whatsapp) banyak sekali menerima kiriman-kiriman dan posting-posting berbau SARA, saya tegas menegur tidak boleh mengirim seperti itu. Saya analisa ternyata asal kiriman tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan, hoax dan akun palsu," ujarnya.
Diutarakan Mahyudin, sejarah mencatat bahwa seluruh elemen yang beragam di Indonesia sejak era kerajaan-kerajaan berkuasa di Nusantara, bersepakat bersatu untuk lepas dari penjajahan Belanda, dan selanjutnya lahirlah Indonesia dan Pancasila sebagai perekat seluruh perbedaan yang ada.
Ia mengatakan semua berjibaku berdarah-darah merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Yang luar biasa adalah pengorbanan kerajaan-kerjaaan yang rela melepas hirarkis kekuasaan dinastinya demi bersepakat membentuk sebuah negara yakni Indonesia.
"Itulah makanya saya tegaskan, terlalu mahal jika bangsa ini mengalami perpecahan. Itu sama saja mengkhianati pengorbanan nenek moyang kita dulu," tegasnya.
Mahyudin mengingatkan, tanpa Pancasila bubarlah bangsa ini. Rakyat Indonesia seluruhnya harus menjaga keutuhan bangsa dengan menjaga Pancasila di kehidupan sehari-hari. Dengan penuh harap, Pimpinan MPR termuda ini mengatakan agar generasi muda jangan jauh-jauh berpikir dan bertindak. Mulailah dari diri sendiri dengan tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
"Abaikan semua ajakan-ajakan yang berbau SARA. Dialog ini adalah salah satu ikhtiar dan upaya meminimalisir potensi perpecahan bangsa. Pemahaman soal Pancasila jangan hanya sebatas teori saja tapi benar-benar diimplementasikan di kehidupan," tandasnya.
Acara dialog sendiri berlangsung selama satu hari, dengan dihadiri anggota MPR RI dari kelompok DPD RI Mochammad Sofwat Hadi, Forkompimda Provinsi Kalimantan Selatan serta pemkot Banjarbaru dan para pemuda gabungan anggota KNPI dan Himpunan Mahasiswa Islam se-Kalimantan Selatan.
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017