Jakarta (ANTARA News) - Sejak ditemukan Jumat pekan lalu, serangan ransomware WannaCry terus menyebar hingga akhir pekan lalu, yang berdampak terhadap 10.000 organisasi dan 200.000 orang di lebih dari 150 negara.


Laman The Verge menyebutkan, meskipun berbagai langkah telah dilakukan untuk memperlambat penyebarannya, beberapa varian baru malware ini mulai bermunculan.


Direktur Europol Rob Wainright kepada BBC mengatakan serangan siber ini "belum pernah terjadi sebelumnya dalam skala seperti sekarang" dan disebut akan terus meluas mengingat orang-orang kembali bekerja Senin ini.


Sementara itu, Microsoft telah mengambil langkah tidak biasa dengan mengeluarkan sebuah patch untuk Windows XP, yang hanya bekerja jika telah dipasang, dan pihak-pihak berwenang telah memperingatkan sektor bisnis untuk memastikan sistem mereka diperbarui.


Seangan ransomware ini mulai beraksi pada Jumat petang, saat menjangkiti Departemen Kesehatan Nasional Inggris, serta membuat Renault harus menghentikan operasi pabrik-pabriknya di Prancis.


Para periset telah menemukan dua varian baru dari ransomware itu. Salah satunya telah diblokir dengan registrasi nama domain lain, namun yang lainnya belum bisa dimatikan.


Program jahat ini memanfaatkan celah keamanan pada Windows XP, dan setelah menginfeksi komputer, akan mengenkripsi berkas dan menyebar ke komputer lain.


Sejumlah korban diminta membayar 300 dolar AS melalui Bitcoin untuk kembali mendapakan akses terhadap file yang telah mereka ambil alih tersebut.


Namun terlepas dari sifat serangan yang begitu luas, para pelaku diyakini hanya menghasilkan uang sekitar 20.000 dolar AS atau sekitar Rp266,6 juta.


Wanwright mengatakan, Europol saat ini bekerjasama dengan FBI untuk memburu orang-orang di balik serangan itu.



Baca juga: (NSA di balik serangan siber global "ransomware"?)

Pewarta: Try Reza Essra
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017